kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah Sebut Hilirisasi Bukan Hanya untuk Komoditas Mineral


Rabu, 27 Desember 2023 / 16:51 WIB
Pemerintah Sebut Hilirisasi Bukan Hanya untuk Komoditas Mineral
ILUSTRASI. Hilirisasi sektor non mineral sudah berjalan


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah menyatakan hilirisasi bukan hanya untuk komoditas mineral. Akan tetapi juga untuk komoditas non mineral seperti komoditas sektor agroindustri atau sektor kelautan perikanan.

Deputi III Kantor Staf Kepresidenan (KSPEdy Priyono mengatakan, hilirisasi sektor non mineral sudah berjalan. Dia mencontohkan, hilirisasi kelapa sawit sudah berjalan. Ia bilang, saat ini hanya sedikit porsi ekspor CPO (crude palm oil), yang dominan adalah produk olahannya.

Tercatat, pada tahun 2022 total volume ekspor produk sawit mencapai 39,6 juta ton. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 12% ekspor yang dalam bentuk CPO atau CPKO (crude palm kernel oil). Selebihnya merupakan produk olahan, termasuk di dalamnya biodiesel dan produk oleokimia. Adapun, nilai ekspor produk sawit pada tahun 2022 sebesar US$ 34,94 miliar.

“Bukan hanya akan, tapi (hilirisasi komoditas non mineral) sudah berjalan,” ujar Edy kepada Kontan, Rabu (27/12).

Baca Juga: MIND ID Wujudkan Tranformasi Hilirisasi Industri Pertambangan

Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Firman Hidayat menambahkan, potensi hilirisasi Indonesia tidak hanya pada sektor pertambangan. Akan tetapi juga pada sektor lain salah satunya rumput laut.

Menurutnya, pemanfaatan rumput laut akan melibatkan banyak tenaga kerja. Ia menceritakan bahwa Indonesia selama ini hanya mengekspor dalam bentuk bahan baku mentah atau agar – agar.

Padahal, potensi hilirisasi rumput laut bisa menjadi bermacam – macam produk. Misalnya produk kesehatan, produk makanan, biostimulant dan lainnya.

Selain meningkatkan perekonomian, hilirisasi rumput laut diyakini dapat mengatasi permasalahan sampah plastik dan ketahanan pangan. “Cuma kan bagaimana kita mengeksekusinya,” ucap Firman.

Firman mengungkapkan alasan pengolahan rumput laut yang terbilang mahal karena pengolahan yang ada saat ini terbagi-bagi dalam skala kecil. Lalu, pengolahannya juga masih dengan cara/metode tradisional.

“Kita perlu bikin yang skala besar, mekanisasi teknologi sehingga produktivitasnya meningkat, costnya bisa turun, kemudian kita bisa produksi macam-macam,” ucap Firman.

Baca Juga: Banyak Kendala, Proyek Hilirisasi Batubara Tidak Berjalan

Lebih lanjut Firman mengatakan, pemerintah menyiapkan pilot project pengembangan rumput laut menggunakan teknologi dan mekanisasi di Teluk Ekas Nusa Tenggara Barat. Nantinya akan evaluasi dampak terhadap indikator sosial ekonomi, lingkungan, dan biodiversitas, serta potensi karbon.

Firman menyebut bahwa saat ini luas lahan tambak budi daya rumput laut baru 102.000 hektar di seluruh Indonesia. Pemerintah menargetkan peningkatan tambak budi daya rumput laut menjadi 1,2 juta hektar agar pengembangan bioplastik atau energi dapat dilakukan.

“Proyeksi sampai 2040 potensi market global lebih dari US$ 10 miliar, trus bioplastik potensi marketnya lebih dari US$ 40 miliar, dan ini bisa dipenuhi salah satunya melalui rumput laut. Dan kita adalah negara dengan produksi terbesar (rumput laut) nomor dua di dunia,” jelas Firman.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×