Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
"Yang juga harus dilihat oleh pemangku kepentingan adalah masalah yang terjadi di lapangan. Rencana eksplorasi di beberapa perusahaan sering terkendala. Jadi meski perusahaan sudah mencadangkan biaya, seringkali aktifitas tidak bisa dilaksanakan di lapangan. Itu harus mendapatkan perhatian semua pihak," terang Bernardus.
Bernardus bilang, INCO sendiri selalu mencadangkan biaya eksplorasi. Menurutnya, ada dua tujuan eksplorasi yang dilakukan INCO. Pertama, untuk mendukung kegiatan operasional penambangan, melalui kegiatan eksplorasi dengan spasi yang lebih rapat, sehingga data yang diperoleh untuk membuat rencana penambangan bisa lebih akurat.
Ekplorasi ini dilakukan setiap tahun seiring dengan laju kegiatan penambangan. Sementara tujuan kedua, sambungnya, ialah untuk mendukung rencana strategis jangka panjang. "Perusahaan perlu mendapatkan data cadangan dan membuat rencana strategis jangka panjang untuk memonetisasi cadangan tersebut," imbuh Bernardus.
Namun, realisasi kegiatan eksplorasi tergantung pada banyak faktor di lapangan, seperti kesiapan kontraktor, perizinan, dan sejumlah isu semisal perambahan lahan dan lain sebagainya.
Baca Juga: Cara sejumlah emiten migas dan tambang cegah penyebaran corona di lingkungan kerja
Terkait biaya, Bernardus menyatakan bahwa anggaran yang disiapkan tidak lah sama setiap tahunnya karena menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Alhasil, besaran biaya eksplorasi tidak bisa dibandingkan dengan proporsi belanja modal (capex) yang dianggarkan perusahaan di tahun yang sama.
Untuk INCO, jumlah anggaran eksplorasi sendiri berkisar di angka US$ 6 hingga US$ 10 juta. "Persentase pada capex bukan ukuran yang tepat karena jumlah capex setiap tahun juga naik turun sesuai kebutuhan," tandas Bernardus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News