Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Dari tiga komoditas tanaman pangan krusial di negeri ini, kedelai memiliki nasib paling buruk dibandingkan padi ataupun jagung. Produksinya tidak mencapai satu juta ton per tahun, padahal kebutuhannya mencapai lebih dari 2,2 juta ton per tahun. Alhasil, kedelai impor justru merajai pasar domestik.
Meski begitu, pemerintah masih memiliki mimpi untuk swasembada kedelai tahun 2020 mendatang. Upaya mencapai tujuan tersebut digulirkan lewat program anyar di tahun 2017 ini, yakni menambah lahan kedelai seluas 200.000 hektare (ha) sepanjang tahun ini.
Maman Suherman, Direktur Kacang dan Umbi Kementerian Pertanian (Kemtan) mengatakan, selama tahun 2015 dan 2016 lalu, pemerintah memang fokus menggenjot produksi beras dan jagung. Namun, tahun ini dan tahun depan, produksi kedelai yang akan diprioritaskan. "Sebenarnya upaya untuk menggenjot produksi kedelai sudah dilakukan sejak 2014 lewat program bantuan benih dan pupuk," terang Maman kepada KONTAN, akhir pekan lalu.
Maman bilang, masalah kedelai bukan soal ketidakmampuan produksi, melainkan tata niaga kedelai yang salah. Impor kedelai tanpa bea masuk membuat pengguna kedelai lebih memilih kedelai impor ketimbang kedelai lokal. Alhasil, kedelai impor membanjir dengan harga rendah, sehingga petani tak lagi tertarik menanam kedelai.
Maman bilang, dengan penambahan luas lahan kedelai sebesar 200.000 ha, tahun ini, produksi kedelai diprediksi bisa mencapai 1,5 juta ton atau lebih tinggi dari produksi tahun 2016 yang masih di bawah 1 juta ton. "Kami akan mengoptimalkan lahan kering milik Perum Perhutani untuk ditanami kedelai," ungkapnya.
Maman optimistis, penambahan lahan baru ini bisa menggenjot produksi karena tingkat keberhasilan tanaman ini bisa di atas 90%.
Asal tahu saja, aktivitas impor kedelai mayoritas digunakan sebagai bahan baku tahu dan tempe oleh Gabungan Koperasi Perajin Tahu dan Tempe Indonesia (Gakoptindo). Asosiasi ini telah mengimpor kedelai sejak tahun 1997 untuk memenuhi bahan baku mereka.
Sungkono, salah satu perajin tahu dan tempe di Lenteng Agung Jakarta Selatan menuturkan bahwa selama ini dengan impor, pasokan kedelai lebih terjamin dari sisi harga dan kontinuitas. "Hal ini penting bagi industri kecil seperti kami," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News