kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.912   18,00   0,11%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Pemerintah undang China masuk bisnis smelter


Senin, 05 Mei 2014 / 11:36 WIB
Pemerintah undang China masuk bisnis smelter
ILUSTRASI. Inilah 5 Cara Memiliki Kulit Awet Muda pada Kulit Berminyak


Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Pemerintah tengah berupaya menawarkan potensi industri tambang kepada investor asing. Baru-baru ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengunjungi China untuk mengundang masuk para pengusaha dari Negeri Panda itu turut berinvestasi pengembangan pabrik pengolahan (smelter) di Indonesia.

Sukhyar, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM menjelaskan, pekan lalu, Pemerintah Indonesia bersama Kementerian Luar Negeri China menggelar pertemuan bersama dengan calon investor setempat. "Hasilnya positif. Kami sudah bertemu perusahaan besar yang ingin masuk di smelter. Salah satunya Shandong," kata dia, akhir pekan lalu.

Kementerian ESDM mencatat, terdapat 66 perusahaan dari berbagai komoditas seperti nikel, bauksit, besi, mangan, serta timbal dan seng yang tengah membangun smelter. Komitmen investasi yang akan masuk mencapai US$ 17,6 miliar. Dari jumlah itu, realisasi investasi sampai tahun 2014 ini US$ 6 miliar.

Menurut Sukhyar, di antara para perusahaan itu sudah ada beberapa investor China yang melakukan kerjasama dengan izin usaha pertambangan (IUP) lokal untuk membangun smelter. Misalnya, PT Cita Mineral Investindo Tbk dan Harita Group yang bekerja sama dengan China Hongqiao Group Limited dan Winning Investment (HK) Company Limited.

Lalu, ada PT Bintang Delapan Investama yang menggaet China Development Bank, Shanghai Decent Investment, dan China-ASEAN Investment Cooperation Fund. Sementara, Shandong Xinhai Technology Co Ltd yang merupakan salah satu perusahaan logam nikel besar di China berminat investasi juga. "Akhir Mei ini, mereka akan ke Indonesia. Investasi Shandong akan berupa pembangunan smelter nickel pig iron (NPI)," jelas Sukhyar.

Sukhyar menjelaskan, sejumlah investor asal Tiongkok itu mulai yakin kebijakan yang diambil pemerintah membawa dampak positif terhadap harga jual logam nikel maupun logam aluminium di pasar global. Apalagi, di tahun-tahun sebelumnya, negara tersebut merupakan pasar utama komoditas bijih nikel dan bauksit, sehingga membutuhkan jaminan keberlangsungan pasokan bahan bakunya dari Indonesia.

Menurut Sukhyar, pihaknya akan menyambut positif masuknya investor asing untuk membiakkan uangnya dalam industri smelter di Indonesia. Misalnya, dengan mempercepat proses penerbitan izin usaha pertambangan khusus (IUPK) pengolahan dan pemurnian. "Sedangkan masalah ketersediaan energi dapat disiasati dengan beberapa pola seperti kerjasama dengan
PT PLN, bangun sendiri, ataupun kerjasama dengan pengembang pembangkit," imbuhnya.

Bantu investor lokal

Ladjiman Damanik, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Mineral Indonesia (Apemindo) menyatakan, masuknya investor asing, salah satunya dari China yang memiliki permodalan kuat, tentunya semakin membuat investor lokal kian terjepit. Alhasil, ke depan, pengusahaan sumber daya alam akan tetap dikendalikan perusahaan dari luar.

Seharusnya, kata Ladjiman, pemerintah mendorong pengusaha lokal agar tetap eksis di dalam negeri. Misalnya, dengan memudahkan pemberian kredit dalam pembangunan smelter mengingat sejumlah IUP sedang kesulitan karena tidak dapat mengekspor. "Harusnya kami yang dibantu agar dapat membangun smelter sendiri," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×