kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,34   -8,02   -0.86%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengamat: Kebijakan impor baja menggerus bisnis Krakatau Steel (KRAS)


Rabu, 01 Juli 2020 / 16:36 WIB
Pengamat: Kebijakan impor baja menggerus bisnis Krakatau Steel (KRAS)


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tepat di tahun 2020 ini, PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) menggenapi satu dekade terdaftar sebagai perusahaan publik. Perusahaan plat merah ini masih terus berupaya menyehatkan kinerja bisnis, sebab selama beberapa tahun belakangan produsen baja tersebut selalu membukukan rugi bersih.

Usaha untuk memulihkan kinerja selama sepuluh tahun go public dinilai berjalan lamban, banyak tantangan yang dihadapi. Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia M. Faisal menilai problem Krakatau cukup komplek, namun pada intinya ada dua yakni persoalan internal dan eksternal.

Baca Juga: Krakatau Steel (KRAS) bakal serap gas 300.000-450.000 mmbtu per bulan dari PGN (PGAS)

Dari sisi internal, di tubuh korporasi sendiri menurut Faisal masih banyak inefisiensi baik dari segi manajemen dan teknologi. "Belum lagi ada banyak anak usaha tentu ini mengganggu cahsflow," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (1/7).

Dari segi teknologi, perusahaan juga belum banyak mengadopsi lini produksi modern sebagaimana kompetitor dan produsen baja global yang lebih canggih pabrikannya. Selain tantangan di tubuh internal, Faisal bilang, KRAS juga harus berhadapan dengan masalah di luar korporasi yakni regulasi yang kurang mendukung dan tumpang tindih.

"Harusnya demand dalam negeri kan besar sekali. Pertumbuhan ekonomi rata-rata 5%, dan selama lima tahun terakhir fokus pemerintah ke infrastruktur. tapi demand tersebut tidak mampu menguntungkan supplier baja lokal seperti KS," urai Faisal. Penyebabnya menurut CORE ada di kebijakan perdagangan yang tidak sinkron dengan kebutuhan industri.

Baca Juga: Kinerja Emiten Baja Kurang Oke, Hanya KRAS yang Paling Kinclong

Terdapat beleid yang melonggarkan produk baja jadi impor masuk ke Indonesia. Produk tersebut dijual dengan harga murah, karena produsennya yang sebagian besar dari China mampu menghasilkan baja dengan harga bersaing.

Hal tersebut disebabkan oleh dukungan pemerintah China untuk mendorong operasionalisasi pabrikan baja, baik dari segi kebijakan harga energi maupun beragam stimulus untuk industri. Hal tersebut tidak dinikmati Krakatau Steel, dimana stimulus tak banyak tersedia dan ongkos produksi industri masih mahal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×