kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengamat: Kerugian PLN bisa terus berlanjut hingga pemulihan ekonomi pasca Covid-19


Kamis, 25 Juni 2020 / 17:22 WIB
Pengamat: Kerugian PLN bisa terus berlanjut hingga pemulihan ekonomi pasca Covid-19
ILUSTRASI. Deretan tiang SUTET di sepanjang tol Trans Jawa. KONTAN/Baihaki/26/2/2019


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kerugian PLN yang diderita pada Kuartal I-2020 lalu ditaksir bakal terus terjadi hingga pemulihan ekonomi pasca pandemi covid-19. Hal itu terjadi seiring dengan anjloknya penjualan listrik dan menumpuknya piutang kompensasi yang belum juga dibayar pemerintah.

Prediksi itu disampaikan oleh pengamat Kelistrikan Universitas Indonesia Iwa Garniwa. "Kerugian ini terus berjalan sampai pemulihan ekonomi dan pertumbuhan kebutuhan listrik pulih, dan cash flow PLN mendekati sehat," katanya kepada Kontan.co.id, Kamis (25/6).

Baca Juga: Konsumsi listrik terganggu pandemi corona, begini strategi antisipasi PLN

Iwa meminta pemerintah konsekuen dengan membayar kompensasi atas penugasan yang diberikan kepada PLN. Yakni tidak adanya tariff adjusment sejak tahun 2017 dan adanya stimulus berupa tagihan listrik gratis untuk pelanggan rumah tangga 450 VA dan diskon 50% untuk 900 VA subsidi.

Kata dia, pemerintah semestinya mempercepat pembayaran kompensasi tersebut sehingga cash flow PLN bisa lebih sehat. "Kewajiban pemerintah untuk komitmen terhadap itu, karena munculnya biaya-biaya ini adalah karena kebijakan pemerintah. Yang menanggung PLN dan otomatis harus memenuhinya," sebut Iwa.

Dalam kondisi seperti sekarang, Iwa mengatakan bahwa penundaan sejumlah proyek terutama pembangkit listrik menjadi suatu keniscayaan. Menurutnya, saat ini PLN memang harus lebih fokus pada efisiensi pembangkitan, transmisi dan distribusi.

Setelah masa pandemi covid-19, pemerintah dan PLN harus bisa menciptakan demand. Yang paling memungkinkan untuk dikembangkan adalah mendorong penggunaan kompor listrik induksi dan kendaraan listrik. "Itu bisa jadi strategi PLN dengan dukungan regulasi dari pemerintah untuk demand creation," sebutnya.

Baca Juga: PLN: Piutang kompensasi listrik sebesar Rp 45,42 triliun akan dibayar bulan Juli

Sebagai informasi, Dalam catatan Kontan.co.id, PLN menanggung rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 38,88 triliun selama kuartal pertama tahun ini. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu perusahaan setrum ini masih untung Rp 4,14 triliun.

Sementara itu, Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini meminta agar pemerintah segera membayar utang kompensasi tidak adanya penyesuaian tarif listrik tahun 2018-2019. Utang kompensasi pemerintah sebesar Rp 45,42 triliun, yang terdiri dari kompensasi tarif listrik tahun 2018 sebesar Rp 23,17 triliun dan kompensasi di tahun 2019 senilai Rp 22,25 triliun.

Zulkifli bilang, PLN berharap pemerintah bisa menepati komitmennya untuk membayar penuh utang kompensasi tersebut pada bulan Juli mendatang. "Insha Allah bulan depan. Kita semua berharap nanti bulan Juli itu akan menerima pembayaran itu. Sudah ada komitmen pemerintah untuk dibayar penuh," ungkap Zulkifli selepas Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI pada Kamis (25/6).

Menurutnya, PLN membutuhkan pembayaran piutang kompensasi agar tekanan terhadap kondisi keuangan itu bisa berkurang. "Pinjaman yang didapatkan PLN memiliki biaya modal, sehingga apabila dilunasi dari dana kompensasi tersebut, keuangan PLN dapat kembali sehat. Dengan masuknya dana tersebut kami pastikan operasi PLN akan tetap aman sampai akhir tahun 2020. Insha Allah tidak akan terjadi (kolaps)," pungkas Zulkifli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×