kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengembang asing ramaikan pasar properti lokal


Senin, 16 Maret 2015 / 09:22 WIB
Pengembang asing ramaikan pasar properti lokal
ILUSTRASI. 4 Rekomendasi Deodorant Antiperspirant Ampuh Hilangkan Bau Badan


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Edy Can


JAKARTA. Prospek pasar properti di Indonesia semakin menarik. Hal ini ditunjukan dengan semakin ramainya pemain asing yang masuk ke pasar properti lokal.

Contoh, PT Tokyu Land Indonesia. Sejatinya, pengembang asal Jepang tersebut sudah ada di Indonesia selama 40 tahun. Hanya saja, selama ini perseroan masih menggarap bisnis propertinya bareng dengan pengembang lokal.

Nah, saat ini ceritanya lain. Pengembang properti asal Jepang tersebut akan menggarap proyek propertinya sendirian tanpa menggandeng pihak lain. "Kami menjadi pihak asing pertama yang benar-benar mengerjakan sendiri proyek pengembangan properti," tambah Presiden Direktur Tokyu Land Indonesia Shinya Miwa belum lama ini.

Tak tanggung-tanggung, selain menjadi stand alone developer, Tokyu Land Indonesia juga bakal membawa brand BRANZ untuk proyeknya di Indonesia. BRANZ merupakan brand proyek properti ternama di Jepang.

Proyek perdana Tokyu Land Indonesia ada dua. Keduanya merupakan properti berupa kondominium. Kondominium pertama ada di sekitar Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan yang dinamakan BRANZ Simatupang. Sementara, proyek kedua ada di Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang yang bernama BRANZ BSD.

BRANZ Simatupang didirikan di atas lahan seluas 1,5 hektar (ha). Adapun unit yang ditawarkan melalui proyek ini sebanyak 381 unit kondominium. Lalu, BRANZ BSD didirikan di atas lahan seluas 5,3 ha. Ada 3.000 unit kondominium yang bakal disediakan tapi untuk fase pertama akan diluncurkan sebanyak 1.200 unit terlebih dahulu.

BRANZ Simatupang akan mulai dipasarkan pada September 2015, dan ground breakingnya akan dilakukan pada Desember 2015. Lalu, BRANZ BSD akan dipasarkan mulai Agustus 2015 dan ground breaking akan dilakukan pada Juni mendatang.

Dua proyek tersebut merupakan proyek jangka panjang dengan total nilai proyek keduanya mencapai 65 miliar yen atau sekitar Rp 7,5 triliun. Rinciannya, sebesar 15 juta yen untuk BRANZ Simatupang dan 50 juta yen untuk BRANZ BSD. Targetnya, BRANZ Simatupang bisa selesai pada kuartal IV 2017, sementara BRANZ BSD tuntas pada kuartal I 2018.

Khusus hingga tahun 2017 nanti, manajemen telah membidik pendapatan Rp 1 triliun khusus dari pasar Indonesia. Tahun 2020, targetnya meningkat jadi Rp 2 triliun seiring dengan rencana Tokyu Land Indonesia membidik jenis properti lain, perhotelan salah satunya. Tokyu Land Indonesia juga berencana mengakuisisi lahan di peyangga Jakarta seperti di Bekasi, Jawa Barat, serta menggarap proyek perumahan di Yogyakarta.

Tak mau ketinggalan, kabarnya juga ada pengembang asal Singapura yang bakal masuk ke Indonesia. Hanya saja, dia tidak masuk sendiri melainkan menggandeng pengembang lokal, yakni PT Metropolitan Land Tbk (Metland).

Sayang, manajemen masih merahasiakan siapa perusahaan yang dimaksud. Yang jelas, saat ini keduanya telah menandatangani MoU terkait perjanjian proyek tersebut. "Tapi, kami juga masih membuka pintu jika ada perusahaan lain yang menawarkan kerjasama," imbuh Presiden Direktur Metland Nanda Widya.

Dengan perusahaan asing itu, Metland sebelumnya telah lebih dulu mendirikan interchange yang menghubungkan jalan tol Jakarta-Tangerang dengan township Metland Cyber City di Puri Jakarta Barat. Namun hingga saat ini pembangunannya belum kunjung rampung, sehingga penjualannya tertunda.

Perlu diketahui juga, pembangunan infrastruktur secara mandiri juga sepertinya menjadi strategi Metland untuk membuat penjualan propertinya menjadi lebih menarik. Pasalnya, selain interchange tersebut, baru-baru ini perseroan juga akan membangun stasiun di dekat perumahan Metland Cibitung di Bekasi.

Asal tahu saja, PT Kereta Api Indonesia (KAI) memang punya rencana membangun jalur kereta api listrik (KRL) yang melewati Cibitung sampai ke Cikarang. Nah, Metland hanya turut andil membangun stasiunnya saja.

Untuk itu, Metland siap menggelontorkan investasi senilai Rp 20 miliar-Rp 25 miliar untuk pembangunan stasiun tersebut. Seluruh sumber pendanaannya berasal dari kas internal. "Soalnya, sulit mencari pinjaman bank karena nantinya tidak ada sistem bagi hasil dalam pengelolaan stasiun," terang Nanda.

Dana untuk membangun infrastruktur sudah termasuk dalam belanja modal Metland sebesar Rp 600 miliar tahun ini. Belanja modal paling banyak akan mengalir untuk Metland Cyber City dan Metland Cileungsi. Di Cileungsi, Metland berencana melengkapi perumahan dengan apartemen dan mal.

Nanda mengklaim perusahaannya sudah mengantongi izin untukĀ  membangun stasiun. Makanya, dia optimistis pembangunan bisa dimulai akhir tahun ini, sehingga stasiun sudah bisa dilalui KRL pada 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×