Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tengah berupaya untuk mendorong pengembangan biomassa sebagai bagian dari variasi energi terbarukan. Upaya ini dilakukan dengan mendorong Hutan Tanaman Energi.
Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia bidang Energi Hudoyo menyampaikan tujuan tersebut sesuai dengan arahan pemerintah yang ingin mencapai komposisi bauran energi terbarukan mencapai 23% pada tahun 2025 mendatang.
"Biomassa diharapkan bisa 5% saja, sekarang masih di hitungan 2%," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (2/10).
Dalam proyeksinya, pada tahun ini pengembangan biomassa bisa mencapai 6,2 juta ton, dan tahun depan mencapai 6,4 juta ton. Adapun pada skala panjang, di tahun 2025 mencapai 8,3 juta ton.
Hudoyo mengakui kini produksi tersebut memang sedang terkendala. Pasalnya perhitungan ekonomi dari 114 pengusaha yang berkomitmen terlibat dalam biomassa ini ternyata tidak sesuai harapan mereka.
Salah satu isunya adalah pada ketersediaan bahan baku yang masih menggunakan limbah industri kayu dan sawit. "Yang sudah jalan rata-rata dari limbah kayu dan sawit, itu dibawah 5 perusahaan lah," katanya.
Oleh karenanya, Hudoyo melihat perlu adanya penambahan sumber biomassa, tak hanya dari limbah tapi dari produksi hutan yang khusus untuk biomassa. Skema itu bisa dilakukan dengan Hutan Tanaman Energi yang pihaknya sedang kerjakan.
Dalam catatan Hudoyo, realisasi luas usaha pemanfaatan untuk Bionergi sampai Juni 2018 seluas 21.858 Ha (34 IUPHHK-HT) angka ini baru 21,86% dari target 100.000 Ha tahun 2019.
Kemudian untuk mempercepat realisasi target Hudoyo melihat pembangunan pabrik biomassa dan generatornya dapat dilakukan di sekitar kawasan tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Indroyono Soesilo melihat langkah KLHK sudah tepat.
Apalagi bila pengembangan biomassa difokuskan pada area yang memang memiliki potensi tanam besar namun belum terjangkau listrik.
Tapi untuk memberikan kemudahan bagi pengusaha, Indroyono menyarankan Klhk untuk pertimbangkan untuk mengubah pajak atau pungutan dalam produksi kayu tersebut.
"Bila biomassa menggunakan kayu kecil, kalau pungutannya disamakan dengan pungutan untuk arang, maka industri akan segera masuk karena hitungan ekonominya jadi bagus," katanya.
Menurut Indroyono, pajak pada kayu kecil masih relatif mahal dibandingkan produk kayu arang. Padahal melalui konsep HTE, bakal menanam banyak pohon yang kayunya bisa dipanen di umur muda.
Maka dibutuhkan keringan dalam sektor finansial juga bila ingin menggaet pengusaha.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News