kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.908.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.318   25,00   0,15%
  • IDX 7.178   37,74   0,53%
  • KOMPAS100 1.028   2,44   0,24%
  • LQ45 781   1,81   0,23%
  • ISSI 236   2,05   0,88%
  • IDX30 403   0,90   0,22%
  • IDXHIDIV20 465   2,22   0,48%
  • IDX80 116   0,38   0,33%
  • IDXV30 118   1,24   1,06%
  • IDXQ30 129   0,22   0,17%

Penghapusan PPnBM tak banyak manfaat


Senin, 22 Juni 2015 / 18:24 WIB
Penghapusan PPnBM tak banyak manfaat


Reporter: Merlina M. Barbara | Editor: Mesti Sinaga

Penghapusan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) oleh pemerintah nyatanya tak serta merta melegakan kalangan industri. Di mata pelaku usaha, kebijakan tersebut justru tak banyak berdampak terhadap perusahaan mereka.

Misalnya, PT Midea Planet Indonesia. Manajemen produsen elektronik peralatan rumah tangga asal China ini menyatakan sebagian besar produknya tidak terkena patokan kebijakan penghapusan PPnBM.  “Memang ada beberapa produk kita yang melampaui atau terkena PPnBM, tetapi sebagian besar itu tidak terkena karena harganya di bawah dari patokan kebijakan PPnBM,” ujar Jino Sugianto, Presiden Direktur Midea Planet Indonesia kepada Kontan.

Menurut Jino, dampak penghapusan PPnBM tidak terlalu besar mengingat hanya produk seperti AC inverter atau produk jenis inverter lainnya yang harganya dua kali lipat dari harga standar. Itu pun populasi konsumen dari produk inverter masih tergolong kecil.

Serupa dengan Midea, Vice President PT Samsung Electronics Indonesia, Lee Kang Hyun menuturkan, penghapusan PpnBM tidak begitu berdampak malah akan membebani pengusaha dengan adanya kenaikan pajak penghasilan (PPh) impor sebesar 10%.

“Jujur saja kebijakan ini sangat berat. Pertanyaannya, meski PPnBM dihapus, masih mampukah importir jujur bersaing dengan importir ilegal? Apa kebijakan baru PPnBM bisa mengurangi barang impor ilegal? Bisa menurunkan harga barang? Apakah PPh 22 bisa mengurangi importir ilegal? Jadi itu sebenarnya bukan kebijakan yang bagus. Hanya memberikan keberatan kepada perusahaan,” papar Kang Hyun.

Dari industri alat musik, Toien Bernadhie Radix pemilik Radix Guitars Indonesia juga menilai, kebijakan penghapusan PPnBM sama sekali tidak berdampak bagi mereka. Justru pelemahan rupiah terhadap dollar AS lah yang menjadi jadi faktor penentu.

“Karena Radix sparepart-nya semua impor biasanya kami bayar PPN 10%, lalu sebelumnya juga bayar PPh impor 7,5%. PPnBM untuk sparepart biasanya kita kena 5%. Jadi sebenarnya kalau PpnBM yang 5% itu dihapus, tidak terlalu efek buat kita, paling turun 2,5% nanti. Sebenarnya hal ini tidak terlalu berdampak, yang berat adalah kurs dollar-nya,” ujar Toien.

Toien menandaskan, penguatan dollar AS terhadap rupiah sangat mempengaruhi bisnisnya. “Jadi waktu kursnya Rp 9.500 dan naik menjadi 13.000, kita pada saat itu berada pada posisi yang sangat down,” ujarnya.

Dia menambahkan, tak mungkin menaikkan harga gitar Radix yang harganya saat ini Rp 3,9 juta – Rp4,2 juta per unit. “Dengan harga segini saja, kita sudah kena discount dealer dan lain-lain yang harus ditanggung, jadi paling yang kita terima sekitar 50%-60%. Angka segini kalau kena dollar yang tinggi, pasti efeknya akan lebih parah,” ujarnya.

Untungnya, ujar Toien, mereka punya stock, sehingga perusahaannya kini hanya berusaha bertahan. “Menurut saya ini sudah risiko,” ungkap Toien.

Hm...kalau sudah begini sia-sia kah kebijakan pemerintah?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×