kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengusaha pakan tercekik kenaikan harga jagung


Kamis, 09 Juni 2016 / 11:26 WIB
Pengusaha pakan tercekik kenaikan harga jagung


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Kebijakan Kementerian Pertanian (Kemtan) membatasi impor jagung di tahun ini mulai dirasakan dampaknya oleh para produsen pakan ternak.

Sejak awal Juni 2016 lalu, harga jagung lokal naik ke level Rp 3.800-Rp 4.000 per kilogram (kg), naik 26% hingga 33% dari sebelumnya sekitar Rp 3.000 per kg.  Kenaikan harga terjadi lantaran komoditas ini masuk ke masa paceklik.  Alhasil, pengusaha pakan ternak harus merogoh lebih dalam atau memilih mengganti jagung dengan komoditas lain untuk bahan baku pakan.

Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Sudirman mengatakan, kenaikan harga jagung lokal ini memang menguntungkan para petani, tapi merugikan bagi para industri ternak karena harus membeli dengan harga tinggi.

Selain harganya tinggi, Sudirman bilang, industri pakan ternak kesulitan mendapatkan jagung sehingga memilih mengimpor gandum sebagai substitusi jagung. Namun, masalah baru muncul bagi pengusaha pakan jika menggunakan gandum, "Sebab biaya produksi meningkat karena ada bahan tambahan yang digunakan industri pakan," ujarnya, kepada KONTAN, Rabu (8/6).

Menurut Sudirman, klaim Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman bahwa Indonesia berhasil menekan impor jagung 50% karena produksi jagung dalam negeri sudah meningkat tidak terbukti di lapangan. Buktinya, industri pakan ternak masih kesulitan mendapatkan jagung lokal dan harus lebih sering mengimpor gandum.

Anton J. Supit, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengatakan, berdasarkan data IndexMundi dan Kementerian Pertanian AS, luas lahan jagung di Indonesia hanya 3,1 juta hektare (ha). Dengan luas itu, produksi jagung di Indonesia hanya 9,6 juta ton per tahun.  Produksi ini jauh berbeda dengan data Kemtan yang sebanyak 20 juta ton di tahun 2015.

Padahal tahun ini Kemtan menargetkan produksi jagung 24 juta ton. Anton meminta Kemtan realistis soal data jagung dan tidak memaksakan menahan impor jagung. Apalagi, kebutuhan industri pakan sekitar 8 juta ton per tahun.

Namun, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman bergeming dengan keluhan ini. Dia menegaskan, di tahun 2017, Kemtan tidak akan membuka lagi keran impor jagung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×