kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 -0,95%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penjualan aset properti dinilai sebagai aksi korporasi yang wajar


Kamis, 22 April 2021 / 19:34 WIB
Penjualan aset properti dinilai sebagai aksi korporasi yang wajar
ILUSTRASI. Kawasan perkantoran di Jakarta./pho KONTAN/Carolus Agus Wluyo/25/03/2021.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada bulan April ini, paling tidak sudah ada dua perusahaan properti Indonesia yang menjual asetnya. Pertama, PT Sentul City Tbk (BKSL) yang menjual tanah dan bangunan AEON Mall Sentul City senilai Rp 1,9 triliun. Selanjutnya ada Sinar Mas Land yang menjual kantor dan residensial di London. Nilai dari transaksi tersebut mencapai 72 juta poundsterling atau sekitar Rp 1,4 triliun.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Realestat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida menilai, langkah yang dilakukan Sentul City dan Sinar Mas merupakan sebuah strategi korporasi yang normal. Totok tidak melihat penjualan aset tersebut sebagai tren yang menandakan keterpurukan sektor properti di tahun ini.

Totok memang mengamini, pandemi covid-19 tahun lalu berdampak signifikan pada hampir semua sektor usaha, tak terkecuali properti. Sebagian besar emiten pun mengalami penurunan pendapatan, bahkan ada yang berbalik rugi. 

Namun, Totok menegaskan bahwa sektor properti masih bisa bertahan. Bahkan, mulai bisa merangkak naik di awal tahun ini. Kucuran insentif yang diberikan pemerintah juga adanya pemulihan dari pandemi covid-19 menjadi katalis positif. 

Baca Juga: Pada kuartal I, Lippo Karawaci (LPKR) kantongi marketing sales Rp 1,31 triliun

"Belum (menjadi tren penjualan aset). Memang ada perusahaan yang mengalami musibah (kerugian dan utang), tapi itu kan as ussual saja dalam bisnis. Kita optimistis bisa bangun lagi," kata Totok saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (22/4).

Selain untuk memperbaiki kinerja keuangan atau menutup utang, penjualan aset properti juga memperhitungkan nilai bisnis dan pengembalian investasi. Apalagi, dana yang didapat pun dipakai untuk menunjang operasional atau ekspansi.

"Dimana ada kesempatan yang menurut perusahaan menguntungkan dibandingkan investasi yang sudah dilakukan. Itu pertimbangan dari masing-masing perusahaan," sambung Totok.

Dihubungi terpisah, Managing Partner Coldwell Banker Commercial Indonesia Tommy Bastamy mengatakan, penjualan asset memang menjadi salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan. Baik untuk biaya operasional maupun pelunasan utang di tengah pelambatan kinerja pasar properti selama pandemi.

"Tapi walaupun demikian, tidak bisa dikatakan bahwa hal ini akan menjadi tren umum karena masing-masing perusahaan memiliki kebijakan yang berbeda-beda dalam memenuhi kebutuhan biayanya," sebut Tommy.

Perbedaan dalam besaran biaya operasional serta struktur pinjaman yang dilakukan perusahaan, akan membuahkan pendekatan yang berbeda-beda pada masing-masing korporasi. Apalagi, penjualan aset pada saat kondisi pasar yang belum sepenuhnya pulih akan menjadi tantangan yang berat. Sebab, bisa terjadi perbedaan ekspektasi harga antara seller dan buyer.

Alasan lainnya, saat ini sektor properti dan konstruksi secara umum mulai membaik. Kondisi ini dapat mendongkrak kinerja perusahaan properti. "Sejauh ini saya belum melihat sampai ke situ (tren penjualan aset). Kecuali kalau kondisi terus melemah dalam jangka menengah dan panjang," ujar Tommy.

Baca Juga: Jual properti di London senilai Rp 1,4 triliun, begini kata Sinar Mas Land

Lebih lanjut, Senior Associate Director-Capital Market Colliers Internasional Aldi Garibaldi menerangkan bahwa penjualan aset tidak sertamerta karena pandemi. Alasannya, developer juga membutuhkan recycle capital, sehingga penjualan aset menjadi hal yang normal untuk perusahaan properti.

Adapun recycle capital dilakukan dengan cara membuat proyek baru dengan Return of Investment (RoI) yang lebih tinggi. Dia memberikan gambaran, developer yang membangun aset baru mengharapkan tingkat kapitalisasi (cap rate) yang cukup tinggi sekitar 10%-12%. 

"Pada dasarnya Sentul adalah developer yang membeli tanah, melakukan pembangunan infrastruktur, kemudian menjual tanah tersebut. Begitu juga Sinarmas Land. Sehingga penjualan aset income producing property masuk akal buat mereka," sebut Aldi.

Sebelumnya dalam pemberitaan Kontan.co.id, PT Sentul City Tbk (BKSL) menjual tanah dan bangunan AEON Mall Sentul City kepada PT AEON Mall Indonesia dengan nilai Rp 1,9 triliun. Transaksi ini terjadi pada 15 April 2021 lalu. 

"Sentul City akan memperoleh dana untuk membiayai kegiatan operasional, memenuhi perjanjian, dan memperbaiki kas untuk kelangsungan usaha," ungkap manajemen Sentul City dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Senin (19/4). 

Salah satu penggunaan dana yang sudah ditentukan dari penjualan aset tersebut adalah untuk membayar utang. Berdasarkan putusan perdamaian antara Sentul City dengan para kreditur, Sentul City akan menggunakan dana hasil pembayaran PT AEON Mall Indonesia ini untuk membayar utang fasilitas PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan total nilai Rp 893,24 miliar, yang terdiri dari utang pokok Rp 854,57 miliar serta bunga dan denda Rp 51,80 miliar.

Sinar Mas Land menjual kantor dan residensial di London. Nilai dari transaksi tersebut mencapai 72 juta poundsterling atau sekitar Rp 1,4 triliun. 

Deputy Group CEO Sinar Mas Land Ferdinand Sadeli menjelaskan, properti tersebut dijual kepada Boohoo Holdings Ltd., perusahaan yang bergerak di bidang fashion retailer. Transaksi dilakukan pada pertengahan April 2021.

"Penjualan aset tersebut mempertimbangkan penawaran dari pembeli, dimana penawaran tersebut memberikan imbal atas investasi yang menguntungkan bagi Sinarmas Land," kata Ferdinand kepada Kontan.co.id, Kamis (22/4).

Adapun, dana dari hasil penjualan aset akan digunakan untuk melunasi hutang investasi atas aset tersebut. Selain itu juga akan dipakai sebagai modal kerja. "Selebihnya akan digunakan untuk ekspansi perusahaan ke depannya, baik melalui investasi maupun proyek pengembangan lainnya," sebut Ferdinand.

Selanjutnya: Bumi Serpong Damai (BSDE) genggam marketing sales Rp 2,5 triliun pada kuartal I

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×