Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kereta Commuterline Indonesia (KCI) meminta perusahaan-perusahaan di wilayah DKI Jakarta untuk mengatur jam kerja. Ini mengingat makin banyak pekerja yang menggunakan jasa kereta rel listrik (KRL) di masa menjelang new normal ini.
VP Corporate Communications PT KCI Anne Purba mengatakan, belum dilakukannya sistem jam kerja bertahap membuat jumlah penumpang KRL dari hari ke hari di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pekan ketiga mengalami lonjakan.
"Dengan sistem kerja bertahap bagi para pekerja sesuai surat edaran tersebut, maka konsentrasi pengguna pada jam-jam sibuk dapat lebih tersebar, dan pengguna dapat menghindari antrean di stasiun pada waktu tersebut,” kata Anne dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id, Selasa (23/6).
Dengan demikian, para pengguna KRL juga dapat lebih aman dan lebih lancar dalam menggunakan KRL serta mengurangi waktu tunggu di stasiun.
Baca Juga: Antrean panjang calon penumpang KRL kembali terjadi di Stasiun Bogor
Berdasarkan data KCI, jumlah pengguna KRL Jabodetabek semakin meningkat pada pekan ketiga PSBB transisi ini. Pada Senin (22/6), tercatat 356.215 pengguna, atau naik 4% dibandingkan dengan Senin pekan sebelumnya.
"Sementara pada Selasa ini hingga pukul 12.00 sebanyak 158.665 orang telah menggunakan jasa KRL. Dengan semakin banyaknya jumlah pengguna, antrean di stasiun juga bertambah dan pengguna memerlukan waktu lebih lama untuk mengikuti penyekatan sebelum dapat naik ke dalam KRL," papar Anne.
Dari data KCI puncak jumlah pengguna pada pagi hari terjadi pada pukul 06.00-09.00 WIB dengan jumlah pengguna 125.143 orang. Sementara pada sore hari jam puncak kesibukan di KRL adalah pukul 16.00-19.00 WIB dengan jumlah pengguna 106.848.
Dengan jumlah pengguna sekitar 350.000 pengguna per hari di masa PSBB transisi ini, berarti 66% perjalanan pengguna terjadi pada jam-jam sibuk pagi dan sore hari tersebut. Antrean pengguna pun terjadi hanya pada jam-jam tersebut.
Menurutnya, antrean pengguna atau penyekatan dalam beberapa zona di stasiun merupakan upaya KCI untuk mengatur physical distancing di dalam kereta dengan jumlah pengguna per kereta masih dibatasi 74 orang. Petugas senantiasa mengawasi agar dalam antrian pengguna tetap menjaga jarak sesuai marka.
"Bila semakin banyak sektor perekonomian yang akan dibuka kembali dan semakin banyak masyarakat kembali beraktivitas, akan semakin banyak masyarakat yang membutuhkan transportasi publik termasuk KRL. Sementara dari segi frekuensi perjalanan KRL saat ini sudah maksimum sesuai kapasitas infrastruktur perkeretaapian yang tersedia," jalesnya.
Baca Juga: Ini protokol kesehatan untuk pengelola dan penumpang moda transportasi
Sementara di Lintas Bogor atau Depok saat ini, KCI mengoperasikan 388 perjalanan dengan headway atau jarak antar kereta pada jam sibuk mencapai lima menit. Adapun, di lintas Bekasi/Cikarang setiap harinya terdapat 166 perjalanan KRL.
Pada lintas Rangkasbitung/Maja/Parungpanjang/Serpong beroperasi 194 perjalanan, lintas Tangerang dilayani 88 perjalanan, di lintas Tanjungpriok beroperasi 56 perjalanan kereta, dan 46 perjalanan KRL melayani jalur feeder Jakartakota – Kampung Bandan. Secara keseluruhan setiap harinya KCI mengoperasikan 938 perjalanan dengan jam operasional 04.00-21.00.
"Saat ini kerja sama dan disiplin para pengguna KRL dalam mengikuti protokol yang ada semakin baik. Namun demikian, KCI juga kembali mengajak para pelaku usaha, kantor-kantor, dan berbagai instansi untuk mengikuti Surat Edaran Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 No.8/2020 tentang pengaturan jam kerja," kata Anne.
Anne menegaskan dengan sistem kerja bertahap bagi para pekerja sesuai surat edaran tersebut, maka konsentrasi pengguna pada jam-jam sibuk dapat lebih tersebar dan pengguna dapat menghindari antrean di stasiun pada waktu tersebut. Dengan demikian, para pengguna KRL juga dapat lebih aman dan lebih lancar dalam menggunakan KRL serta mengurangi waktu tunggu di stasiun.
Baca Juga: Perhatian, bermain ponsel di kereta komuter meningkatkan potensi tertular corona
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News