Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi
Potensi kenaikan volume impor dan harga minyak dinilai kian bebani BPP BBM oleh Pertamina. Tak hanya impor, kenaikan harga pun juga membayangi crude domestik. "Bukan hanya impor, crude domestik juga tinggi sehingga pasti jadi beban besar bagi Pertamina," ujar Abra.
Abra mengungkapkan, berbeda dengan pemenuhan batubara untuk PLN yang terlindungi dengan harga yang dipatok, Pertamina tidak mendapatkan kebijakan yang serupa terhadap kenaikan harga crude domestik.
Penyesuaian pun dinilai urgent untuk dilakukan, terlebih sejumlah badan usaha swasta pun sudah melakukan penyesuaian untuk produk BBM di atas Pertalite.
Selain itu, saat ini harga Indonesian Crude Price (ICP) pun telah melebihi asumsi pemerintah dalam APBN 2021 yang sebesar US$ 45 per barel. ICP per September 2021 tercatat sebesar US$ 72,20 per barel dan jumlah ini pun bahkan melebih asumsi dalam APBN 2022 yang sebesar US$ 63 per barel.
"Harga minyak mentah dunia diprediksi masih akan bertahan di atas US$ 70/barel akibat krisis energi yang mendorong kenaikan permintaan terhadap minyak," ungkap Abra.
Dengan potensi harga bertahan di level tersebut untuk waktu yang lama, maka Abra menilai perlu segera dilakukan penyesuaian harga untuk produk BBM Pertamina khususnya Pertalite yang mendominasi total penjualan BBM Pertamina.
Selanjutnya: Begini upaya SKK Migas menggeber investasi baru sampai akhir tahun nanti
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News