kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Penundaan proyek akibat wabah virus corona menggerus bisnis material bangunan


Rabu, 08 April 2020 / 17:33 WIB
Penundaan proyek akibat wabah virus corona menggerus bisnis material bangunan
ILUSTRASI. Pekerja memeriksa kualitas ketebalan spun pile atau tiang pancang di Plant Prambon PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) di Sidoarjo, Jawa Timur. ANTARA FOTO/Moch Asim/ama.


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .

Lebih lanjut, Antonius bilang, pandemi kali ini yang menurunkan pertumbuhan industri secara umum turut berdampak pada volume penjualan, dimana pada periode Januari-Februari ini volume penjualan INTP sekitar 2,8 juta ton. INTP mengakui bahwa perolehan tersebut minus dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, hanya saja belum ada detil angka penurunan tersebut.

Adapun demi mengantipasi perkembangan dari covid-19 di Indonesia, manajemen memperkirakan sepertinya akan cukup lama berlangsung yang berimbas terhadap pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur maupun properti. Padahal proyek fisik tersebutlah yang selama ini merangsang konsumsi semen di pasaran.

Dengan pertimbangan wabah ini, Antonius bilang manajemen secara hati-hati merevisi target volume penjualan semen perusahaan di tahun ini sekitar 1%. Angka tersebut tergolong konservatif dan cenderung lebih rendah dibandingkan target dicanangkan pada awal tahun yang masih berkisar 3%-4%.

Sementara volume penjualan semen INTP sepanjang tahun lalu tercatat sekitar 18,1 juta ton. Manajemen bilang kenaikannya tergolong kecil dibandingkan tahun sebelumnya, yakni ada pertambahan 100.000 ton dibandingkan tahun 2018.

Baca Juga: Kementerian PUPR realokasi anggaran Rp 24,53 triliun untuk tangani covid-19

Kondisi yang sama juga dirasakan oleh pasar ritel bahan bangunan lain seperti keramik, yang sejatinya memasuki low season di awal tahun ini. Namun khusus untuk tahun ini Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) menilai pasar jauh di bawah ekspektasi.

Beberapa faktor pendorong penurunan ini ialah lambannya pekerjaan infrastruktur yang mendorong sektor properti dan bahan bangunan di daerah. "Sebelumnya dipengaruhi faktor cuaca yang hujan, sedangkan proyek banyak belum jalan lantaran wabah ini," ujar Edy Suyanto, Ketua Umum Asaki.

Pelemahan nilai rupiah terhadap dolar AS juga semakin mempersulit industri keramik di tengah lesunya pasar. Karena hampir sekitar 50% biaya produksi menggunakan mata uang asing dolar AS seperti pembayaran gas, beberapa jenis bahan baku serta spareparts yang kebanyakan berasal dari Italia, Spanyol dan China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×