kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,31   7,91   0.88%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penundaan proyek akibat wabah virus corona menggerus bisnis material bangunan


Rabu, 08 April 2020 / 17:33 WIB
Penundaan proyek akibat wabah virus corona menggerus bisnis material bangunan
ILUSTRASI. Pekerja memeriksa kualitas ketebalan spun pile atau tiang pancang di Plant Prambon PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) di Sidoarjo, Jawa Timur. ANTARA FOTO/Moch Asim/ama.


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penundaan proyek infrastruktur dan properti akibat pandemi virus corona membuat industri bahan bangunan berhati-hati menyusun target bisnis di tahun ini. Market yang dipenuhi ketidakpastian membikin operasional bisnis belum berjalan normal sepenuhnya.

Siti Fathia Maisa Syafurah, Sekretaris Perusahaan PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) mengatakan bahwa industri beton dan precast pasti akan terdampak dengan terlambatnya pelaksanaan proyek infrastruktur. Tentunya hal tersebut berimbas pada target bisnis sepanjang tahun ini.

Baca Juga: Dampak corona, penjualan Semen Baturaja bakal terkoreksi sampai 20%

Padahal sebelumnya perseroan membidik pendapatan bersih sekitar Rp 10 triliun di tahun 2020. "Untuk target pendapatan, kemungkinan akan ada revisi namun saat ini kami sedang melakukan analisa lebih lanjut atas dampak dari Covid 19 terhadap kegiatan usaha secara keseluruhan," ujar Siti Fathia kepada Kontan.co.id, Rabu (8/4).

Lebih lanjut ia bilang penundaan pengiriman barang sejalan dengan proyek yang ditunda, namun tak dirinci apa saja pengiriman yang harus tertunda tersebut. Sebelumnya perseroan diketahui tengah mengejar penyuplaian precast untuk proyek jalan tol Krian Legundi Bunder Manyar (KLBM) dan Cimanggis-Cibitung, Tebing Tinggi-Parapat, Kuala Tanjung-Indera Pura.

Mengenai apakah kondisi ini bakal berimbas ke produksi perseroan, manajemen belum bisa bilang. WSBP sendiri diketahui memiliki banyak pabrik dengan kapasitas produksi beton pracetak hingga 3,7 juta ton per tahunnya.

Sementara dari sisi pasar semen saat ini, menurut Antonius Marcos, Corporate Secretary PT Indocement Tunggal Prakasa (INTP) selama periode Januari hingga Februari 2020 curah hujan tinggi memainkan peranan akan lambannya konsumsi. "Awal tahun terjadi banjir, serta pada perkembangannya muncul pandemi covid-19 hal ini turut mempengaruhi volume penjualan," ujarnya.

Baca Juga: Adhi Karya (ADHI) menggenggam kontrak baru Rp 2,5 triliun di kuartal pertama

Lebih lanjut, Antonius bilang, pandemi kali ini yang menurunkan pertumbuhan industri secara umum turut berdampak pada volume penjualan, dimana pada periode Januari-Februari ini volume penjualan INTP sekitar 2,8 juta ton. INTP mengakui bahwa perolehan tersebut minus dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, hanya saja belum ada detil angka penurunan tersebut.

Adapun demi mengantipasi perkembangan dari covid-19 di Indonesia, manajemen memperkirakan sepertinya akan cukup lama berlangsung yang berimbas terhadap pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur maupun properti. Padahal proyek fisik tersebutlah yang selama ini merangsang konsumsi semen di pasaran.

Dengan pertimbangan wabah ini, Antonius bilang manajemen secara hati-hati merevisi target volume penjualan semen perusahaan di tahun ini sekitar 1%. Angka tersebut tergolong konservatif dan cenderung lebih rendah dibandingkan target dicanangkan pada awal tahun yang masih berkisar 3%-4%.

Sementara volume penjualan semen INTP sepanjang tahun lalu tercatat sekitar 18,1 juta ton. Manajemen bilang kenaikannya tergolong kecil dibandingkan tahun sebelumnya, yakni ada pertambahan 100.000 ton dibandingkan tahun 2018.

Baca Juga: Kementerian PUPR realokasi anggaran Rp 24,53 triliun untuk tangani covid-19

Kondisi yang sama juga dirasakan oleh pasar ritel bahan bangunan lain seperti keramik, yang sejatinya memasuki low season di awal tahun ini. Namun khusus untuk tahun ini Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) menilai pasar jauh di bawah ekspektasi.

Beberapa faktor pendorong penurunan ini ialah lambannya pekerjaan infrastruktur yang mendorong sektor properti dan bahan bangunan di daerah. "Sebelumnya dipengaruhi faktor cuaca yang hujan, sedangkan proyek banyak belum jalan lantaran wabah ini," ujar Edy Suyanto, Ketua Umum Asaki.

Pelemahan nilai rupiah terhadap dolar AS juga semakin mempersulit industri keramik di tengah lesunya pasar. Karena hampir sekitar 50% biaya produksi menggunakan mata uang asing dolar AS seperti pembayaran gas, beberapa jenis bahan baku serta spareparts yang kebanyakan berasal dari Italia, Spanyol dan China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×