Reporter: Handoyo | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Penyerapan biodiesel dalam negeri tahun ini dibawah target. Hingga akhir tahun, penyerapan biodiesel dari Pertamina diproyeksi hanya 2,4 juta kilo liter (kl), atau dibawah target yang mencapai 3,3 juta kl.
Dadan Kusdiana, Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM mengatakan, tidak tercapainya target penyerapan tersebut dikarenakan terlambatnya proses pengadaan biodiesel oleh Pertamina. "Selain itu masih adanya keterbatasan infrastruktur di wilayah Indonesia timur," kata Dadan, Kamis (11/9).
Seperti diketahui, pelaksanaan tender pengadaan biodiesel sebagai implementasi mandatori campuran bahan bakar solar sebesar 10% (B10) selama ini masih cukup alot. Tidak mulusnya pelaksanaan tender tersebut lantaran masih adanya tarik ulur kesepakatan harga antara Pertamina dengan kalangan pengusaha.
Hingga ketiga kalinya pelaksanaan tender pengadaan biodiesel Pertamina selalu mengacu pada harga solar internasional MOPS (Mean of Platts Singapore). Padahal selama ini yang diinginkan oleh kalangan produsen adalah berdasarkan pergerakan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) plus biaya produksi.
Meski terseok, namun Dadan bilang penyerapan biodiesel tahun ini sudah meningkat tinggi. Bila dibandingkan tahun 2012, penyerapan biodiesel dalam negeri meningkat hingga 100%. Untuk tahun depan, Dadan bilang penyerapan biodiesel ditargetkan sebanyak 4 juta kl.
Bahkan, di tahun 2015 mendatang mandatori akan dinaikkan menjadi 20%, sehingga dapat menyerap sebanyak 8 juta kl biodiesel. Dengan penyerapan tersebut, jumlahnya akan mencapai 25%-30% dari produksi minyak sawit nasional.
Togar Sitanggang Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) mengatakan, meski dalam pelaksanaan tender biodiesel selalu dilakukan perbaikan penetapan harga oleh kementerian ESDM, namun implementasinya tetap berdasarkan bisnis to bisnis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News