Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Forum Technology & Talent Palm Oil Mill Indonesia (TPOMI) kembali digelar untuk ketiga kalinya, menandai upaya konsisten mempercepat transformasi teknologi dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) di industri pengolahan kelapa sawit nasional.
Sekretaris Jenderal P3PI, Hendra J. Purba mengatakan, TPOMI lahir dari keprihatinan atas stagnasi inovasi di sektor pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi crude palm oil (CPO), meskipun industri ini telah eksis lebih dari satu abad di Indonesia.
“Industri sawit sudah lebih dari 100 tahun, tapi pembaruan teknologi di pabrik sawit masih sangat terbatas. TPOMI hadir untuk menjembatani kebutuhan teknologi dan SDM agar industri ini bisa naik kelas,” ujarnya.
Baca Juga: Pemerintah Dorong Perkembangan Sistem Tracing Kelapa Sawit Nasional
Tahun ini, TPOMI memperluas cakupan dengan memasukkan pembaruan teknologi hilir (downstream) seperti produk turunan CPO dan Palm Kernel Oil (PKO). Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) turut mendukung dengan memamerkan hasil-hasil riset hilirisasi sawit yang mereka biayai.
Kepala Bidang Pabrik Kelapa Sawit P3PI, Posma T. Sinurat, menegaskan perbedaan TPOMI dibanding forum sejenis.
“Kami tidak hanya menghadirkan teknologi terbaru, tapi juga SDM-nya. Materi TPOMI sangat relevan bagi seluruh jenjang pekerja di pabrik sawit – dari staf hingga pemilik,” katanya dalam keterangannya, Rabu (4/6).
Isu efisiensi dan keberlanjutan menjadi fokus utama TPOMI tahun ini. Salah satu sorotan adalah pengolahan limbah dan zero waste, dengan tiga penyedia teknologi menghadirkan konsep pabrik tanpa limbah.
Baca Juga: Dorong Transformasi Digital Pelayanan Publik dengan Inovasi Data dan Teknologi
Selain itu, penerapan konsep total productive maintenance (TPM), pendekatan manajemen ala Jepang, diperkenalkan sebagai solusi menjaga efisiensi dan rendemen.
Permasalahan rendemen TBS yang kerap memicu konflik antara kebun dan pabrik juga mendapat perhatian. Menurut Posma, rendemen bisa dijaga melalui penurunan losses di pabrik, bukan ditingkatkan secara teknis.
“Minyak terbentuk di kebun. Tugas pabrik adalah menjaga agar tidak hilang. TPM terbukti menekan *losses dan menjaga rendemen tetap tinggi,” jelasnya.
Selain CPO, PKO kini mulai setara dari sisi harga dan dianggap sebagai peluang tambahan keuntungan. Oleh karena itu, TPOMI juga menekankan pentingnya meminimalkan kernel loss hingga di bawah 0,2%.
Baca Juga: Industri Sawit Bidik Efisiensi lewat Teknologi, Palmex Indonesia 2025 Resmi Dibuka
Isu karbon juga mencuat dalam TPOMI 2025. P3PI mendorong pemerintah segera mengeluarkan regulasi perdagangan karbon khusus untuk industri sawit. Saat ini belum ada kewajiban hukum yang mengatur emisi dari pabrik kelapa sawit.
“Topik karbon jadi isu global. Pabrik sawit harus terlibat agar bisa mendapat manfaat dari perdagangan karbon,” tambah Posma.
Di tengah tekanan eksternal, seperti kebijakan tarif ekspor era Donald Trump, TPOMI membahas strategi agar pabrik tetap mampu bertahan dan meraih profit meskipun menghadapi krisis.
P3PI juga mendesak pemerintah menegakkan implementasi sertifikasi tenaga kerja pabrik sawit. Sertifikasi ini diyakini mampu meningkatkan produktivitas dan daya saing industri secara menyeluruh.
Dengan pendekatan holistik pada teknologi dan SDM, TPOMI 2025 tidak hanya menjadi ruang diskusi, tetapi juga akselerator transformasi industri sawit Indonesia menuju era yang lebih efisien, berkelanjutan, dan kompetitif di pasar global.
Selanjutnya: Bantuan Subsidi Upah Kembali Digulirkan, BTN Siap Dukung Pemerintah
Menarik Dibaca: Cara Sehat Mengonsumsi Daging Kurban Menurut Ahli Nutrisi, Jangan Digoreng!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News