Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku bisnis yang bergelut di sektor ritel berharap daya beli dan konsumsi masyarakat bisa meningkat. Harapan itu mencuat dengan adanya kucuran stimulus ekonomi, pencarian gaji ke-13 dan momentum libur sekolah.
Di tengah meningkatnya risiko pelemahan ekonomi, pemerintah menggulirkan paket stimulus senilai Rp 24,44 triliun. Pada bulan ini, pemerintah juga mencairkan gaji ke-13 untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan total anggaran Rp 49,3 triliun.
Secara momentum, pertengahan Juni - Juli merupakan jadwal liburan sekolah. Sejumlah emiten ritel pun menyiapkan strategi untuk mendongkrak penjualan dari katalis dan momentum tersebut.
Baca Juga: 3 Juta Pensiunan Terima Gaji 13, Intip Nominal Gaji Pensiunan PNS 2025
Direktur & Corporate Secretary PT Mega Perintis Tbk (ZONE) Luki Rusli meyakini stimulus ekonomi, gaji ke-13 dan momentum libur sekolah bisa mengerek konsumsi. Emiten pemilik jaringan gerai fesyen Manzone ini berharap katalis tersebut bisa membawa dampak positif bagi sektor ritel.
"Dampaknya untuk perusahaan ritel kami kira cukup positif. Gaji ke-13 dan stimulus bisa menambah daya beli konsumen untuk belanja ke ritel. Tentunya (penjualan) brand kami akan lebih baik lagi," kata Luki dalam paparan publik, Rabu (4/6).
PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) melalui jaringan ritel produk kebutuhan rumah, AZKO, juga ingin menggarap potensi ini. Head of Corporate Communications & Sustainability ACES Melinda Pudjo mengungkapkan pihaknya akan mengoptimalkan peluang momentum ini untuk memberikan penawaran yang relevan
Sebagai strategi menarik minat konsumen, ACES mengadakan program promosi AZKO Boom Sale hingga 24 Juni 2025. "Kami melihat stimulus ekonomi dan gaji ke-13 dapat memberi sentimen positif bagi sektor ritel. Ditambah dengan liburan sekolah, yang berpotensi mendorong daya beli dan kunjungan pelanggan," kata Melinda kepada Kontan.co.id, Rabu (4/6).
Meski begitu, Melinda menegaskan ACES tetap bersikap hati-hati di tengah tekanan makro-ekonomi dan daya beli yang masih membayangi. ACES tetap fokus mencermati dinamika pasar, dengan menjalankan strategi pertumbuhan yang adaptif dan terukur.
Baca Juga: Kemkeu Cairkan Gaji Ke-13 Rp 20,71 Triliun Bagi ASN
"Ekspansi juga akan terus dilakukan dengan menjangkau wilayah-wilayah baru di Indonesia, terutama di luar Pulau Jawa dan kota-kota berkembang," imbuh Melinda.
Pengelola jaringan Guardian dan IKEA, PT DFI Retail Nusantara Tbk (HERO) tak ingin ketinggalan untuk menadah berkah dari stimulus ekonomi, gaji ke-13 dan libur sekolah. Head of Communications and Corporate Affairs HERO Diky Risbianto berharap akan ada peningkatan kunjungan dan transaksi.
Diky memperkirakan kebutuhan yang bersifat leisure atau sekunder, kebutuhan anak-anak, produk untuk sekolah atau hiburan keluarga berpotensi mengalami lonjakan permintaan. Untuk memanfaatkan momentum ini, Guardian dan IKEA menyiapkan strategi promosi berupa diskon hingga bundling produk.
"Kami memastikan ketersediaan barang di gerai-gerai kami, terutama untuk produk yang biasanya mengalami lonjakan permintaan selama periode tersebut," kata Diky.
Daya Beli Belum Pulih
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja berharap stimulus ekonomi dari pemerintah bisa memberikan dampak langsung untuk mengangkat daya beli masyarakat. Dia menilai pemberian stimulus penting, mengingat pelemahan daya beli sudah berlangsung cukup lama.
"Melemahnya daya beli masyarakat sudah terjadi sejak tahun lalu yang sampai dengan saat ini masih belum juga pulih. Oleh karena itu diperlukan langkah cepat pemerintah untuk segera mengatasinya." kata Alphonzus.
Baca Juga: Menkeu Pastikan Gaji 13 PNS Dibayar Juni 2025, Cek Rincian Gaji & Tunjangan ASN
Menurut Alphonzus, pemberian stimulus lebih bersifat sebagai penopang, agar daya beli masyarakat tidak semakin jatuh. Dus, kucuran stimulus dan gaji ke-13 menjelang libur sekolah ini belum bisa sepenuhnya memulihkan daya beli masyarakat.
Secara industri, Alphonzus melihat usaha ritel masih dalam kategori low season, sebagaimana terjadi setelah momen Idulfitri. Dia juga menyoroti daya beli masyarakat, khususnya kalangan menengah-bawah masih tertekan. Kondisi ini berdampak bagi sektor ritel, terutama pada segmen department store.
Meski begitu, Alphonzus optimistis bisnis pusat perbelanjaan masih punya ruang untuk bertumbuh. Tingkat kunjungan sampai dengan Mei 2025 masih bisa mendaki meski tidak begitu signifikan, dengan rata-rata kenaikan sekitar 10%-15% dibandingkan tahun lalu.
Selanjutnya: Opus Park Sentul, Simbol Kolaborasi Properti Berkelanjutan Indonesia–Jepang
Menarik Dibaca: 5 Manfaat Skincare Probiotik untuk Kulit, Lebih dari Sekadar Tren!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News