kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perkembangan teknologi membayangi kinerja Inter Delta


Kamis, 28 Juni 2018 / 06:26 WIB
Perkembangan teknologi membayangi kinerja Inter Delta
ILUSTRASI. PT Inter Delta Tbk INTD


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Peribahasa tersebut layak menggambarkan potret bisnis PT Inter Delta Tbk saat ini. Distributor kertas foto tersebut kewalahan menghadapi gencetan perkembangan teknologi digital.

Penjelasan manajemen Inter Delta dalam materi paparan publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) 8 Juni 2018 menyebutkan, kinerja tahun lalu turun karena pergeseran teknologi digital. Akibatnya permintaan kertas foto dan film menyusut.

Merujuk pada laporan keuangan 2017, penjualan bersih Inter Data terpangkas 28,02% year on year (yoy) menjadi Rp 53,22 miliar. Kontributor bisnis utama yakni penjualan kertas cetak foto, menurun sampai 41,86% yoy menjadi Rp 28,12 miliar.

Beruntung kondisi tahun lalu tak berlanjut hingga kuartal I 2018. Total penjualan bersih Inter Delta naik sekitar dua kali lipat menjadi Rp 15.53 miliar. Adapun kenaikan tersebut sejalan dengan kenaikan penjualan kertas foto dari semula Rp 4,02 miliar triwulan pertama tahun lalu, menjadi Rp 8,21 miliar pada triwulan pertama tahun ini.

Sejauh ini, bisnis kertas foto adalah tulang punggung Inter Delta. "Penjualan memang didukung oleh usaha kertas foto," kata Hasan Efendi Liem, Presiden Direktur PT Inter Delta Tbk saat paparan publik, Rabu (27/6).

Meskipun catatan kinerja kuartal I 2018 membaik, Inter Delta belum merasa aman. Perkembangan teknologi digital tetap menjadi tantangan. Perusahaan berkode saham INTD di Bursa Efek Indonesia itu juga mencermati tren harga produk. Inter Delta menjajakan produk impor. Makanya, fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) sangat mempengaruhi bisnisnya.

Tatkala rupiah melemah terhadap dollar AS, margin bisnis Inter Delta bisa terganggu. "Karena produk yang kami pasarkan sebagian besar adalah impor dan dibayar dengan mata uang dolar US," terang Hasan.

Inter Delta tak secara gamblang menyebutkan target bisnis tahun 2018. Perusahaan tersebut hanya menyatakan tak muluk-muluk mengejar kinerja. Sambil mengejar kinerja, Inter Delta juga berupaya meningkatkan efisiensi pengeluaran.

Sebagai informasi, Inter Delta tercatat menjalin tiga kerjasama penting dengan perusahaan lain. Sejak tahun 1976, mereka menjalin perjanjian distribusi dengan Opco (Singapore) Pte Ltd, atau yang dahulu bernama Kodak (Singapore) Pte Ltd.

Inter Delta menjadi distributor tunggal dan perwakilan resmi produk Kodak di Indonesia. Perjanjian distribusi tersebut diperpanjang setiap tahun secara otomatis sampai batas waktu yang tidak dapat ditentukan.

Inter Delta juga tercatat mengadakan perjanjian distribusi dengan PT Heidelberg Indonesia sejak 10 Oktober 2008. Perjanjian distribusi lain terjadi dengan PT Fujifilm Indonesia. Inter Delta menjadi distributor produk-produk Fujifilm di wilayah Sumatra sejak 5 November 2015 hingga 31 Desember 2016. Perjanjian bisa diperpanjang sesuai kesepakatan kedua pihak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×