Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan batubara dari pasar ekspor khususnya Eropa diprediksi meningkat. Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengungkapkan, saat ini permintaan dari pasar ekspor masih cukup kuat.
Sebagai contoh, India kini tengah dalam kondisi krisis energi sehingga ada potensi peningkatan permintaan. Selain itu, pasar Eropa juga berpotensi mendongkrak permintaan menyusul antisipasi embargo oleh Uni Eropa terhadap impor batubara dari Australia.
"Saat ini perusahaan berusaha maksimal optimalkan produksi yang sempat terhambat larangan ekspor di Januari dan juga kendala cuaca," kata Hendra kepada Kontan.co.id belum lama ini.
Sementara itu, Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Dileep Srivastava mengungkapkan, Rusia memasok sekitar 70 juta ton batubara ke Uni Eropa, Jepang, Korea dan negara lainnya seperti China dan India.
Baca Juga: RKAB Produksi Timah Swasta Disetujui 45.000 ton? Dirjen Minerba: Akan Kami Periksa
Embargo batubara Rusia oleh Uni Eropa diyakini bakal mendatangkan permintaan batubara dari Indonesia sebagai pemasok pengganti. "Tetapi sulit untuk mengakomodasi (permintaan) karena kesulitan sektor dalam mempertahankan produksi akibat hujan yang terus berlanjut," terang Dileep kepada Kontan.co.id, Rabu (18/5).
Dileep menjelaskan, BUMI sendiri saat ini masih belum berencana mengubah rencana produksi untuk tahun ini.
Sepanjang kuartal I-2022 BUMI memproduksi sekitar 17 juta ton. Kinerja produksi diakui cukup terdampak fenomena La Nina yang mengakibatkan curah hujan tinggi. "Saat ini tidak ada rencana untuk mengubah RKAB mengingat sudah mendekati kapasitas penuh dan perlu menambah volume saat cuaca membaik," jelas Dileep.
Pada tahun ini, BUMI menargetkan produksi batubara mencapai 89 juta ton tahun ini.
Selain itu, Dileep memastikan untuk saat ini pihaknya masih berfokus untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sebelum menyuplai untuk pasar ekspor. Kendati demikian, Dileep tak menampik jika perusahaan bakal melirik potensi peningkatan permintaan dari pasar ekspor di masa mendatang.
Baca Juga: Pemegang Saham Indika Energy (INDY) Restui Divestasi Saham Petrosea (PTRO)
Dileep melanjutkan, saat ini pasokan global masih belum bisa memenuhi peningkatan permintaan yang tajam. Selain itu, sanksi pada Rusia berpotensi memperlebar jarak yang ada. Dengan kondisi ini, harga batubara diprediksi masih akan berada di level yang tinggi di tahun ini dan tahun-tahun mendatang.
Sementara itu, Direktur Utama PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) Mulianto mengungkapkan, untuk tahun ini perusahaan masih menetapkan target produksi di kisaran 17,5 juta ton hingga 18,8 juta ton.
Adapun, penjualan ditargetkan sebesar 20,5 juta ton hingga 21,5 juta ton. "Saat ini kinerja operasional dari usaha batubara tetap akan berkontribusi cukup signifikan. Sepanjang kuartal I 2022 ITMG memproduksi batubara sebanyak 3,8 juta ton," ungkap Mulianto dalam keterangan resmi, Rabu (18/5).