kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Permintaan kios di pusat perbelanjaan lesu


Rabu, 15 September 2010 / 15:00 WIB
Permintaan kios di pusat perbelanjaan lesu


Reporter: Ario Fajar |

JAKARTA. Permintaan ruang ritel di beberapa pusat perbelanjaan di wilayah Jabodetabek lesu, bahkan cenderung melorot dari tahun lalu. Bisa jadi hal ini karena pasokannya telah berlebih.

Salah satu contohnya adalah di pusat perbelanjaan ITC Permata Hijau, Jakarta Selatan. Dari 1.600 kios di ITC Permata Hijau yang disewakan, sekitar 30% di antaranya belum memperoleh penyewa. Padahal, kios-kios tersebut sudah rampung dibangun sejak enam tahun silam.

Di lantai tiga dan empat ITC Permata Hijau yang masing-masing memiliki 400 kios, kini baru sekitar 60% yang terisi. Kios-kios di lantai ini ditujukan untuk penyewa dari bisnis food and beverage. Rata-rata kios berukuran 2 x 3,5 m² dengan harga sewa Rp 10 juta-Rp 30 juta per tahun.

"Tahun ini, permintaan sewa kios tidak menunjukkan pertumbuhan yang berarti," ujar Deddy Lukita, Marketing Executive ITC Permata Hijau, kepada KONTAN baru-baru ini. Dalam sebulan, hanya ada tiga sampai lima permintaan sewa kios baru.

Hal serupa terjadi di pusat perbelanjaan Season City di kawasan Jakarta Barat. Ruang ritel di pusat perbelanjaan yang sudah beroperasi sejak Mei 2009 ini juga masih minim penyewa. Dari sekitar 3.000 kios yang ada, baru 50% yang beroperasi. Tarif sewa ukuran 3x5 m² hanya Rp 12 juta-Rp 20 juta per tahun.

Di lantai dasar yang dirancang untuk pusat perdagangan telepon seluler (ponsel), malah baru terisi 25 dari ratusan kios yang tersedia. Adapun di lantai satu, baru terisi 40%.

Menurut Anton Sitorus, pengamat properti sekaligus Kepala Riset Jones Lang Lasalle, permintaan sewa ruang ritel rendah karena sebagian pusat perbelanjaan salah segmen. Misalnya, membangun pusat grosir di kawasan elite.

Berdasar riset Anton, tren permintaan ruang ritel di daerah Jabodetabek tahun 2009 dan 2010 cenderung turun ketimbang tahun 2008. Padahal, pasokan ruang ritel terus bertambah.

Di tahun 2008, papar Anton, pasokan ruang ritel tumbuh sebanyak 140.000 meter persegi (m²). Sementara permintaan ruang ritel mencapai 145.000 m². Tahun 2009, pertumbuhan ruang ritel melonjak menjadi 190.000 m². Sementara permintaannya justru melorot menjadi 85.000 m2.

Pada tahun 2010, Anton memperkirakan pasokan ruang ritel akan tumbuh 15% dari pasokan ruang ritel 2009. "Tapi, diperkirakan penyerapannya hanya sekitar 37% dari jumlah ruang ritel yang tersedia," ujar Anton kepada KONTAN.

Ferry Salanto, Manajer Riset PT Colliers, menambahkan penurunan penyerapan ruang ritel terjadi sejak tahun 2009. Penyebabnya lantaran mayoritas penyewa ruang ritel tersebut adalah penjual food and beverage.

Masalahnya, papar Ferry, kinerja bisnis makanan dan minuman belakangan menurun karena daya beli masyarakat yang melemah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×