kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Permintaan naik dobel digit, produsen etanol Molindo belum menambah kapasitas


Minggu, 22 Maret 2020 / 18:56 WIB
Permintaan naik dobel digit, produsen etanol Molindo belum menambah kapasitas
ILUSTRASI. Molindo Incorporated merupakan perusahaan-perusahaan dibawah bendera Molindo Group Companies yang terdiri dari PT Madusari Murni Indah Tbk sebagai holding company dengan 2 perusahaan manufaktur yaitu PT Molindo Raya Industrial sebagai produsen ethanol, PT


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan etanol kian meningkat seiring melonjaknya pasar produk sanitizer. Alkohol murni tersebut diketahui merupakan bahan baku utama pembersih tangan dan produk sterilisasi lainnya.

Master Parulian Tumanggor, Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) bahkan sempat memperkirakan permintaan etanol di pasaran saat ini mengalami kenaikan hingga 20% dibandingkan periode biasa. "Jika ada kenaikan, kapasitas produksi nasional masih memadai karena cukup besar," katanya kepada Kontan.co.id, Kamis (19/3).

Baca Juga: Industri manufaktur berpotensi tertekan akibat wabah corona

Kapasitas produksi etanol dalam negeri diperkirakan mencapai 180 juta liter terpasang, dengan kapasitas terpasang pabrikan hingga 245 juta liter per tahun. Jumlah tersebut melebihi serapan pasar dalam negeri.

Salah satu produsen yang besar dan mendominasi produksi tersebut ialah PT Molindo Raya Industrial. Hendra Setiawan, Marketing Manager International Trading PT Molindo Raya Industrial mengatakan bahwa perusahaannya siap memenuhi kebutuhan jika terjadi lonjakan.

"Kapasitas kami mencapai 80 juta liter per tahun dan masih ada pabrikan etanol lainnya yang menyuplai pasar lokal," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (20/3). Molindo masih mempertahankan kapasitas produksi pabrikannya saat ini dan belum menambah kapasitas terpakai.

Baca Juga: Ada wabah corona, BLI KLHK produksi disinfektan dari cuka kayu dan bambu

Hanya saja tantangan industri ini sekarang ialah soal ketersediaan bahan baku. Stok bahan baku etanol yakni tetes tebu alias molase semakin berkurang dengan gencarnya ekspor komoditas tersebut di tahun lalu.

Hal ini menyebabkan harga bahan baku tak terkontrol. Menurut Hendra, di awal tahun ini diperkirakan terjadi kenaikan harga 30% di bahan baku etanol tersebut. Saat ini kisaran harga tetes tebu mencapai Rp 2.300 per kilogram, melonjak dari tahun lalu yang masih di level Rp 1.600-Rp 1.700 per kilogram.

Sementara untuk stok bahan baku saat ini Molindo mengatakan sampai periode Mei dan Juni masih aman. Pelaku industri ini berharap pemerintah dapat membantu penanganan problem ini untuk kepentingan nasional.

Baca Juga: Permintaan etanol diprediksi naik 20% di pasaran

"Pembatasan ekspor molase itu perlu, justru sekarang permintaan di global sedang besar," kata Hendra. Selain perkara bahan baku, industri etanol juga dapat tantangan dari dibebaskannya cukai impor etanol untuk keperluan produksi sanitizer pemerintah.

Kebutuhan dalam negeri menurut Molindo biasanya sekitar 90 juta liter sampai 100 juta liter per tahunnya. Ketimbang mengimpor, industri berharap pemerintah dapat membantu pengamanan ketersediaan bahan baku molase ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×