kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Permintaan naik, produsen farmasi ramai-ramai meracik bisnis obat herbal


Minggu, 06 September 2020 / 13:52 WIB
Permintaan naik, produsen farmasi ramai-ramai meracik bisnis obat herbal
ILUSTRASI. Proses produksi obat di Pabrik PT. Kalbe Farma Tbk (KLBF), Cikarang, Jawa Barat.


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama pandemi permintaan produk farmasi atau obat yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh cenderung meningkat, khususnya untuk jenis obat herbal. Peluang ini ditangkap perusahaan farmasi untuk menggenjot lini bisnis produk herbal.

Vidjongtius, Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mengatakan tren permintaan obat dan produk farmasi herbal terus meningkat setiap tahunnya. "Pertumbuhan selalu positif dan dengan dengan adanya Covid-19 terjadi percepatan karena kepedulian akan kesehatan meningkat," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (4/9).

Kalbe sudah punya banyak portofolio di produk obat herbal seperti Komix Herbal, Woods Herbal, Bejo Jahe Merah, H2 Health & Happiness Fatigon Promuno, Promag Herbal, H2 Cordyceps dan lainnya. "Ke depan akan terus kami kembangkan lagi setiap tahun 1-2 produk baru," kata Vidjongtius.

Baca Juga: Anak usahanya dikabarkan akan IPO, ini kata manajemen Kalbe Farma (KLBF)

Trennya beberapa produk herbal yang dicari rata-rata berasal dari tumbuh-tumbuhan jenis jahe merah, meniran, selasih dan lain sebagainya.  Sejauh ini kontribusi obat herbal terhadap penjualan Kalbe rata-rata 5%-10% per tahun. 

Namun Vidjongtius bilang setiap tahunnya selalu mencetak pertumbuhan yang positif.

Sementara itu Zahmilia Akbar, Corporate Secretary PT Phapros Tbk (PEHA) menjelaskan bahwa produk obat herbal dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir ini tren di pasarnya terus meningkat. Hal tersebut semakin didorong dengan banyaknya industri farmasi yang mengembangkan produk herbal lewat scientific based dan metode formulasi modern.

"Untuk Phapros, kami sudah concern pada pengembangan obat herbal sejak lebih dari 20 tahun lalu. bahkan saat ini Phapros telah memiliki dua obat herbal yang masuk kategori fitofarmaka yang sudah lolos uji Klinis,  yaitu Tensigard untuk anti hipertensi dan X Gra untuk vitalitas," terang Zahmilia kepada Kontan.co.id, Jumat (4/9).

Lebih lanjut ia bilang saat ini pelaku industri juga melihat keseriusan pemerintah yang mendukung pengembangan OMAI (obat Modern Asli Indonesia). OMAI adalah obat-obatan yang bahan bakunya berasal dari alam Indonesia, sehingga mudah didapatkan dan tidak tergantung dengan impor.

Baca Juga: Kalbe Farma (KLBF) bersiap melakukan uji klinis tahap 2 vaksin corona

Sehingga kata Zahmilia diharapkan penggunaan OMAI akan memperkuat kemandirian Indonesia untuk obat-obatan. 

Adapun penjualan obat herbal terhadap keseluruhan pendapatan Phapros saat ini masih di bawah 10%.

"Kami berharap ke depannya bisa di atas 10% dan kami juga memiliki beberapa produk herbal dalam pipeline rencana pengembangan produk kami," terang Zahmilia. 

Dukungan pemerintah terhadap OMAI, katanya, akan memperkuat riset dan pengembangan obat yang dilakukan atas biodiversitas Indonesia yg cukup besar, termasuk kemungkinan kerjasama industri dengan lembaga riset dan universitas.

Selanjutnya: Berikut perkembangan vaksin Covid-19 oleh perusahaan farmasi Tanah Air

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×