kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Perpadi: Impor beras saat ini adalah hal yang wajar


Rabu, 14 Maret 2018 / 22:23 WIB
Perpadi: Impor beras saat ini adalah hal yang wajar
ILUSTRASI. BERAS IMPOR THAILAND


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemdag) memberikan izin kepada Bulog untuk memperpanjang impor beras sebanyak 20.000 ton.

Menyikapi hal ini Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso beranggapan, impor beras saat ini merupakan hal yang lancar. Apalagi, menurutnya impor tersebut ditujukan untuk mengisi stok beras Bulog.

"Pengadaan Bulog sampai saat ini belum lancar, stok beras Bulog sangat rendah, hanya 600,000 ton sudah termasuk impor. Kebiasaan ini tidak pernah terjadi. Karena itu impor itu hal wajar karena untuk mengisi stok tadi," jelas Sutarto kepada Kontan.co.id, Rabu (14/3).

Sutarto menambahkan, impor pun tidak akan menjadi masalah apabila pihak yang mengimpor hanya diserahkan ke Bulog dan bukan ke swasta. Dia memandang, saat ini pemerintah melihat adanya masalah sehingga waktu impor kembali diperpanjang.

"Seharusnya bulan ini pengadaan sudah berjalan lancar, harga turun, kemudian operasi pasar juga berjalan," tutur Sutarto.

Menurut Sutarto, harga gabah saat ini kembali naik lantaran adanya kebijakan fleksibilitas pembelian Bulog sebesar 20%. Padahal menurutnya, harga gabah sudah sempat menurun.

Sutarto bilang, adanya fleksibilitas tersebut menjadi pegangan pelaku usaha dan petnai untuk melakukan bisnis beras. Bila hal ini diterapkan, maka harga beras tidak mungkin akan turun sampai mencapai Harga Eceran Tertinggi (HET).

Sutarto menambahkan, dengan kebijakan fleksibilitas tersebut petani akan merasa senang, namun harga akan meningkat. Menurutnya, pemerintah harus tegas dalam mengambil keputusan.

Bila pemerintah ingin harga turun, maka impor bisa dilakukan dan kebijakan fleksibilitas dihapuskan. "Kalau mau harga turun jangan pakai fleksibilitas. Ini menjadi kebijakan yang kontradiktif," tutur Sutarto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×