kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perpadi pesimistis stok beras tercukupi


Selasa, 06 Februari 2018 / 23:14 WIB
Perpadi pesimistis stok beras tercukupi
ILUSTRASI. Pedagang beras merugi


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua DPD Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras (Perpadi) DKI Jakarta Nellys Sukidi mengatakan pasokan beras di pasar semakin berkurang, dan diprediksi akan berlangsung ke depan. Sekalipun panen raya berlangsung, stok yang didapat tak mencukupi.

 “Indikator kurang itu karena pasokan di Cipinang kan. Untuk menambah itu dilakukan dengan operasi pasar. Tapi kalau hanya mengandalkan operasi pasar saja tetap tak berdampak. Satu sisi, stok yang ada di Bulog kan jauh dari ikhtiar, itu yang harus dibenahi semuanya,” kata Nellys dalam keterangannya Selasa (6/2).

Salah satu indikatornya saat ini bisa dilihat dari pasokan beras di Cipinang, Jakarta. Posisi stok Minggu (4/2), berada pada angka 22.707 ton perhari. Padahal, dalam kondisi normal rata-rata stok beras berkisar pada 25.000-30.000 ton per hari.  

Ia menegaskan, kurangnya stok beras di pasaran ini menurutnya telah terjadi sejak November 2017 silam. Penyebabnya, lahan yang digunakan petani untuk menanam padi semakin berkurang.

Ironisnya lagi, pemerintah terkesan lupa menyeimbangkan ketersediaan lahan dengan kebutuhan penduduk yang terus bertambah. Alhasil, pemerintah mau tak mau harus melakukan impor untuk menutup kekurangan tersebut. Persoalannya lagi,  beras impor harus menyelaraskan harga di pasaran.

“Dulu lahan pertanian yang ada di Cikarang itu banyak sekali. Sekarang sudah dikonversi jadi lahan non pertanian, siapa yang bertanggungjawab atas hasil itu? Kasihan petani,” ungkapnya.

Menurut dia, yang penting impor beras yang dilakukan tak merugikan petani. “Kalau nggak ada barang di Bulog, siapa yang jamin panen yang akan datang itu berlimpah. Kan belum tahu masih berbentuk tanaman, masih di lahan. Itu barang masih di sawah jangan dipandang sebagai buffer stock,” tukasnya. 

Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti  mengaku stok Bulog memang sudah terlihat mulai menurun sejak Desember 2017. Hingga saat ini, posisinya terus menurun dan hanya berada di angka 700 ribu ton per 4 Februari 2017.

Padahal idealnya minimal stok beras di Bulog haruslah di atas 1 juta ton, masih jauh lebih kecil dibanding India yang menetapkan stok harus 1,5 juta ton.

“Kami sudah melaporkan kepada kementerian-kementerian terkait sejak November kemarin soal stok beras ini. Ke Kemenko Pererekonomian, ke Kementerian Pertanian, juga ke Kementerian Perdagangan” tutur Djarot, di kesempatan berbeda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×