Reporter: Kiki Safitri | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspor teh tahun 2018 diprediksi akan merosot. Didorong meningkatnya pasokan global seiring meningkatnya produksi negara-negara pengekspor teh.
“Tapi seperti Kenya, Srilangka, China dan India itu semua arealnya meningkat. Produsen teh di dunia itu meningkat,” kata Nugroho B. Koesnohadi, Ketua Asosiasi Petani Teh Indonesia (Aptehindo).kepada Kontan.co.id, Kamis (18/10).
Nugroho menambahkan, juga ada tren penurunan ekspor dari tahun ke tahun. Persoalan konversi lahan perkebunan jadi faktornya.
“Ekspor kita itu kebetulan produksinya turun. Kalau dari tahun ke tahun, arealnya menurun, produksi menurun, produktivitas per hektare menurun dan volume produksinya juga menurun,” ujarnya.
Anehnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada periode Januari hingga Agustus 2018, nilai ekspor teh mencapai US$ 5,31 juta atau naik 130,85 % dibanding kinerja periode sama tahun lalu sebesar US$ 2,3 juta.
Sementara itu, Ketua Dewan Teh Indonesia Bambang Murtioso menyebut ekspor sejauh ini stabil. Hal ini menurutnya karena tingkat konsumsi teh secara baik domestik dan internasional masih konstan. “Demand-nya bagus, bertumbuh,” ungkapnya.
Ia menganalogikan bahwa tingkat konsumsinya teh saat ini konstan, pertumbuhan penduduk yang terjadi akan meningkatkan permintaan.
“Ekspor ya tetap berjalan paling tidak sama lah dengan tahun kemarin. Karena dipengaruhi oleh produksi dan permintaan pasar,” ujarnya.
Namun demikian masalah kemarau panjang dinilai akan mungkin berpengaruh dalam penurunan produksi sebanyak 5%, tapi sejauh ini masih ada stok produksi dari tahun sebelumnya yang bisa menutup target produksi tahunan.
“Kalau kemarau panjang di Jawa Barat itu, dampaknya pada produksi , sampai dengan akhir tahun itu masalah di produksi. Tapi kan barang kali masih ada persediaan dari tahun sebelumnya. Kalau dampak kemarau panjang ini mungkin bisa turun produksi 5%,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News