kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Petani teh terus merugi, ini penyebabnya


Kamis, 18 Oktober 2018 / 18:10 WIB
Petani teh terus merugi, ini penyebabnya
ILUSTRASI. PERKEBUNAN TEH GOALPARA PTPN VIII


Reporter: Kiki Safitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Petani Teh Indonesia (Aptehindo) menilai, selama 20 tahun ini banyak petani teh yang merugi. Dipicu permintaan pasar yang sepi baik domestik maupun internasional.

“Banyak yang merugi tapi ada juga yang untung. Ruginya itu selama 20 tahun terakhir ini pada perusahaan teh pada umumnya. Karena harga susah naik kebanyakan rugi,” kata Nugroho B. Koesnohadi, Ketua Aptehindo kepada Kontan.co.id, Kamis (18/10).

Nugroho menyebut bahwa secara global Indonesia mengalami over supply, namun supply ini tidak di imbangi dengan permintaan yang seimbang di pasar sehingga menyebabkan harga anjlok.

“Teh itu secara global memang sedang over supply untuk produksi,” ungkapnya.

Secar internasional beberapa negara pemilik kebun teh juga sedang panen, sehingga komoditi teh domestik untuk di ekspor berkurang. Beberapa negara seperti Kenya, Sri Langka, China dan India arealnya meningkat dan produksinya juga meningkat.

“Negara-negara lain itu produksinya meningkat tinggi. Kalau kita menurun, mungkin ada juga negara lain yang menurun,”

Penurunan produksi teh tiap tahun sejalan dengan penurunan lahan perkebunan. Dari tahun ke tahun, luas areal perkebunan terus turun.

Dari tahun 2000, total luas areal perkebunan teh sebesar 153.675 hektare (ha) sementara di tahun ini total luas perkebunan teh hanya sekitar 113.808 ha atau turun 25,94%.

Hal ini terjadi akibat harga yang sulit naik, membuat petani susah melakukan perawatan perkebunan teh, sehingga penurunan produktivitas kebun terus terjadi.

“Karena harganya susah naik, petani jadi enggak bisa memupuk dengan baik, enggak bisa mengurus tanaman dengan baik, akibatnya produktivitas per hektare dan arealnya menurun juga. Pada titiknya tanaman teh akan mati kalau tidak dipelihara dengan baik,” ujarnya.

Lahan yang mati kemudian alih fungsi menjadi perkebunan lain, hal itulah yang membuat areal the berkurang dan usaha teh sejauh ini dianggap tidak prospektif secara umum.

Sebelumnya diketahui produksi teh paling tinggi terdapat pada tahun 2003 dengan angka mencapai 169.821 ton. Produksi teh terus menurun menjadi sekitar 150.000-an ton sejak tahun 2007 dan pada 2012 produksi hanya mencapai sekitar 140.000 ton.

Kementerian Pertanian (Kemtan) masih optimistis produksi teh Indonesia sampai akhir tahun ini akan mencapai 140.234 ton. Proyeksi tersebut meningkat tipis hanya sebesar 0,62% dibandingkan produksi teh tahun lalu yang mencapai sebesar 139.362 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×