kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Persingkat Integrated Port Time, Pertamina Refinery Unit II pakai sistem loading baru


Senin, 11 Februari 2019 / 18:59 WIB
Persingkat Integrated Port Time, Pertamina Refinery Unit II pakai sistem loading baru


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Guna memangkas angka Berthing Occupancy Ratio (BOR) atau tingkat pemakaian dermaga, PT Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) II Dumai mengembangkan sistem baru melalui modifikasi jalur dari tangki timbun BBM di Kilang menuju kapal. Pengapalan perdana produk BBM solar menggunakan sistem loading baru ini dilaksanakan di dermaga (Jetty) 1 RU II Dumai, Minggu (10/2).

General Manager Pertamina RU II Dumai Nandang Kurnaedi menyatakan upaya ini dilakukan guna mengoptimalkan upaya Pertamina dalam mewujudkan efisiensi dan efektifitas di berbagai lini usaha. Sebagai kilang yang memasok hingga 20 % kebutuhan energi nasional, menuruntnya inovasi se kecil apapun dapat berdampak besar bagi bisnis Pertamina.

"Hari ini Alhamdulillah loading BBM jenis solar menuju kapal dengan sistem yang dikembangkan oleh RU II Dumai dapat berjalan lancar. Jika sebelumnya loading rate berada di angka 1200 KL/jam, kini dapat mencapai angka 2010 KL/jam. Penghematan waktu bisa kami genjot hingga 60 %," paparnya dalam siaran pers, Senin (11/2).

Nandang menjelaskan loading rate ini sebagai kecepatan pompa dalam memompa BBM dari tangki yang berada di darat menuju kapal dapat ditingkatkan melalui modifikasi jalur existing serta penambahan jalur baru ex-produk kerosene.

Dengan begitu, Integrated Port Time (IPT) atau waktu yang dibutuhkan kapal untuk berlabuh di Jetty Pertamina dapat diturunkan. Occupancy jetty pun menurun dari semula 90 % kini berada di angka 75 % sehingga dapat dioptimalkan untuk keperluan operasional kapal lainnya.

"Penuruan IPT memiliki imbas yang beragam di berbagai aspek, khususnya efisiensi waktu dan pendanaan. Belum lagi dengan lebih cepatnya produk jadi disalurkan ke kapal, kilang dapat memproduksi lebih banyak BBM untuk mengisi ruang kosong di dalam tangki penyimpanan produk," papar Nandang.

Mengenai produksi BBM di Kilang Nandang menambahkan, sebelumnya produksi BBM jenis solar di RU II Dumai berkisar di angka 2600 ribu barel per bulan, dengan adanya tambahan ruang kosong di tangki penyimpanan, kini RU II dapat menggenjot produksi solar menjadi 3300 ribu barel per bulannya. Angka ini tentunya berpengaruh signifikan bagi ketersediaan BBM bagi masyarakat Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×