kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pertagas siapkan investasi US$ 1 miliar untuk 2016


Rabu, 30 September 2015 / 20:33 WIB
Pertagas siapkan investasi US$ 1 miliar untuk 2016


Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. PT Pertamina Gas (Pertagas) bakal mengucurkan dana sebesar US$ 1 miliar untuk pembangunan infrastruktur gas di tahun 2016.

Ahmad Kudus, Direktur Komersial dan Pengembangan Gas Pertagas mengatakan, investasi di tahun 2016 itu nilainya lebih besar dibandingkan dengan tahun ini yang US$ 700 juta.

Dana tersebut bakal digunakan untuk beberapa proyek jaringan pipa. Seperti untuk kebutuhan kilang minyak Pertamina di Cilacap, Jawa Tengah. Lalu untuk membangun jaringan pipa di kilang minyak Pertamina di Dumai, Riau. Dan pipa untuk memenuhi kebutuhan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang kerjasama dengan PT Pupuk Sriwijaya.

"Rencananya investasi kami untuk pembangunan infrastruktur gas tahun depan sebesar US$ 1 miliar," kata Kudus, Rabu (30/9).

Sedangkan di tahun 2015 ini, beberapa pembangunan infrastruktur gas baik berupa jaringan pipa ataupun non pipa yang dikerjakan Pertagas meliputi, proyek pipa Porong-Grati sepanjang 56 km, pipa Gresik-Semarang sepanjang 270 km, pipa Muara Karang - Muara Karang sepanjang 115 km, pipa Belawan-KIM KEK sepanjang 160 km.

Adapun infrastruktur gas lain yang sedang dibangun Pertagas adalah station filling plan di Arun, station plan di Badak guna pengangkutan gas LNG. "Totalnya investasi kita tahun ini mencapai US$ 700 juta. Itu sudah kami koreksi dari target awal sebesar US$ 1 miliar karena sebagian proyek mengalami kendala," ujarnya.

Menurut Kudus, kendala yang dialami Pertagas mulai dari regulasi yang tidak sejalan satu dengan yang lainnya. Lalu soal perizinan yang belum terintegrasi membuat birokrasi menjadi panjang. Begitu pun pembebasan lahan yang rumit sehingga sulit melakukan pembangunan infrastruktur.

Ditambah neraca gas yang dinamis sehingga sulit untuk dijadikan acuan dalam pembangunan infrastruktur. "Selain itu, sumber gas di daerah surplus harganya tapi tidak dapat diserap oleh konsumen," jelas Kudus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×