kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pertamina akuisisi proyek revamping kilang TPPI, begini detail proyeknya


Kamis, 24 September 2020 / 16:32 WIB
Pertamina akuisisi proyek revamping kilang TPPI, begini detail proyeknya
ILUSTRASI. Suasana kawasan kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban, Jawa Timur, Sabtu (21/12/2019). PT Pertamina (Persero) berencana mengembangkan kawasan tersebut menjadi pusat industri petrokimia yang terintegrasi dengan kilang nasional. ANT


Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina pada akhir 2019 lalu telah mengakuisisi Proyek Revamping Kilang milik Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) senilai US$ 180 juta. Presiden Komisaris TPPI, Ardhy N. Mokobombang menuturkan pasca proses akuisisi, TPPI memastikan upaya pengembangan kini siap dikebut.

TPPI pun menargetkan proyek revamping dapat meningkatkan kapasitas pengolahan yang ada saat ini. “Proyek tersebut bertujuan untuk meningkatkan kapasitas Platforming Unit dari 50.000 barrel per hari (bph) menjadi 55.000 bph dan kapasitas produksi Paraxylene 600.000 ton per tahun menjadi 780.000 ton per tahun,” ujar Ardhy, dikutip dalam keterangan resmi, Kamis (24/9).

Sementara itu, Presiden Direktur TPPI Yulian Dekri mengungkapkan proyek tersebut kini tengah dalam tahapan pekerjaan Basic Engineering Design Package (BEDP) oleh UOP yang telah dimulai pada 27 Maret 2020 dan akan selesai pada akhir September 2020.

Baca Juga: Komitmen pemerintah untuk penggunaan energi terbarukan didukung kalangan industri

Selain itu, pembangunan 5 tangki saat ini sedang dalam tahap konstruksi yang diperkirakan secara keseluruhan tangki-tangki tersebut akan selesai pada pertengahan Desember 2021. Yulian menambahkan, pekerjaan revamping ini akan dilaksanakan pada awal 2022 bersamaan dengan pelaksanaan Turn Around, sehingga pada kuartal 1 2022 diharapkan kilang sudah dapat beroperasi secara penuh.

“Sementara itu, terkait dengan dukungan TPPI untuk mengurangi produk impor Paraxylene, TPPI sudah mulai mengoperasikan unit produksi Paraxylene sejak Agustus 2020 secara dual mode yang menghasilan produk petrokimia dan produk BBM, dan akan ditingkatkan secara bertahap,” kata Yulian.

Direktur Pemasaran TPPI Darius Darwis menjelaskan saat ini angka impor Paraxylene tergolong tinggi. Pasalnya diperkirakan kebutuhan domestik Paraxylene sebesar 1 juta ton per tahun. Adapun, pemenuhan kebutuhan selama ini berasal dari Kilang RU IV Pertamina yang mempunyai kapasitas produksi sekitar 200.000 ton per tahun.

Dengan tidak berproduksinya kilang TPPI selama ini maka ada kebutuhan sebesar 800.000 ton per tahun yang terpaksa dipenuhi lewat impor. Demi memenuhi kebutuhan tersebut, Darius memastikan pada tahun 2021 nanti TPPI merencanakan produksi Paraxylene sebesar 280 ribu ton per tahun, sehingga total produksi Paraxylene dalam negeri menjadi sekitar 500 ribu ton per tahun.

Baca Juga: Kementerian ESDM optimisitis Perpres EBT bakal atasi kendala pengembangan EBT

“Hal ini dapat mengurangi impor sejumlah 50% dari kebutuhan dalam negeri dan menurunkan current account deficit sejalan dengan arahan Bapak Presiden Joko Widodo saat mengadakan kunjungan ke TPPI tahun lalu,” ujar Darius.

Sementara itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyambut baik dan mendukung TPPI dalam melaksanakan proyek Revamping ini, mengingat produk-produk Petrokimia khususnya produk Aromatik ini sangat dibutuhkan di dalam negeri dan diimpor oleh berbagai perusahaan di Indonesia.

“Dengan memenuhi kebutuhan impor Paraxylene tersebut, peran TPPI dalam mengurangi impor dan current deficit account Indonesia menjadi sangat significant, dan ini sangat baik untuk membangkitkan perekonomian Indonesia,” pungkas Agus.

Selanjutnya: Kementerian ESDM: Target bauran EBT 23% tak bisa dicapai tanpa perubahan signifikan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×