Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. PT Pertamina (persero) dan Saudi Aramco akhirnya menandatangani perjanjian pembentukan perusahaan gabungan atau joint venture (JV), Kamis (22/12). Penandatanganan perjanjian tersebut merupakan kelanjutan dari Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani pada Desember 2015.
Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto bilang kedua pihak akan membentuk perusahaan gabungan dengan komposisi saham Pertamina sebesar 55% dan Saudi Aramco sebesar 45%. Dengan penandatanganan ini juga, Pertamina dan Saudi Aramco menargetkan proyek modifikasi kilang atau RDMP Cilacap bisa selesai 2021 atau satu tahun lebih cepat dari target sebelumnya pada 2022.
"Pagi ini CEO Saudi Aramco menantang tim untuk komitmen menyelesaikan proyek ini pada 2021,"ujar Dwi dalam konferensi pers pada Kamis (22/12) di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta.
Chief Executive Officer (CEO) Saudi Aramco, Amin Nasser menambahkan kedua perusahaan akan segera menyelesaikan proses Basic Engineering Design (BED). "Dan saat ini kami menuju proses FEED (Front End Engineering Design),"ujar Nasser.
Memang untuk bisa mencapai target penyelesaian proyek pada 2021, kedua perusahaan sudah harus menyelesaikan bankable visibility study dan akan segera menyelesaikan BED. Dwi menargetkan BED bisa selesai pada akhir Februari 2017.
Jika hasil dari BED selesai, maka akan dimulai proses FEED dan pembentukan perusahan gabungan. Proses FEED akan memakan waktu selama setahun.
Selama mengerjakan FEED, kedua perusahaan juga akan mulai menyiapkan lahan untuk proyek RDMP Cilacap. "Selama FEED juga dimulai persiapan lahan pada 2017 untuk mengejar 2021. Groundbreaking persiapan lahan juga sudah harus dilakukan pada 2017,"kata Dwi.
Rachmad Hardadi, Direktur Megaproyek Pengolahan & Petrokimia Pertamina menambahkan pada tahun 2017 juga sudah harus mempersiapkan Analisis dampak lingkungan (Amdal) yang memakan waktu sekitar enam hingga delapan bulan. Kemudian pada tahun 2018 sudah harus menyelesaikan proses persiapan lahan untuk dilakukan konstruksi pada 2019 hingga 2021.
Jika nantinya selesai dibangun, proyek RDMP Cilacap yang menelan dana investasi sekitar US$ 5 miliar atau berkisar Rp 65 triliun ini akan menghasilkan tambahan produksi berupa gasoline sebesar 80.000 barel oil per day (BOPD), diesel sebesar 60.000 BOPD, avtur sebesar 40.000 BOPD, dan produksi aromatik serta lubes oil dari hasil integrasi pabrik petrokimia.
Rachmad bilang akan ada tambahan 180.000 BOPD dari kapasitas kilang cilacap saat ini sebesar 348.000 BOPD. Padahal RDMP Cilacap hanya didesain dengan kapasitas 400.000 BOPD.
"Bisa ada tambahan 180.000 BOPD karena kilang Cilacap ini nantinya punya kompleksitas atau Nelson Complexity Index (NCI) hingga mencapai 9,4. Sedangkan saat ini NCI kilang Cilacap hanya menyentuh angka 4 sehingga hasil produksi hanya capai 73%-74%, sementara nantinya bisa mencapai 92%,"imbuh Hardadi.
Untuk bisa memproduksi produk olahan tersebut, Kilang Cilacap akan mendapatkan suplai minyak mentah (crude) sebesar 70% dari Saudi Aramco selama satu tahun pertama. Sementara itu sisanya akan dicari minyak mentah untuk kilang Cilacap.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News