kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertamina dikabarkan akan akuisisi blok migas luar negeri, begini kata pengamat


Sabtu, 08 Agustus 2020 / 09:45 WIB
Pertamina dikabarkan akan akuisisi blok migas luar negeri, begini kata pengamat


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina (Persero) dikabarkan tengah melakukan pembahasan dan diskusi untuk mengakuisisi aset minyak dan gas bumi (migas) di luar negeri. Sejumlah pengamat berpendapat, Pertamina mengambil langkah yang tepat jika jadi mengakuisisi blok migas di luar negeri di masa pandemi ini.

Pengamat migas dari Universitas Trisakti Pri Agung Rakhmanto mengungkapkan, Pertamina memang perlu melakukan akuisisi blok migas di luar negeri. Jika saat ini Pertamina memiliki cash financial yang kuat, Pri menilai tren harga minyak yang rendah merupakan momentum yang tepat untuk bisa mendapatkan aset migas dengan harga yang lebih murah, sehingga bisa lebih menguntungkan bagi Pertamina.

Baca Juga: Lewat Aturan Baru, Pemain Migas Bisa Mengalihkan Kontrak yang Belum Kelar

"Akuisisi blok migas di luar negeri memang diperlukan oleh Pertamina untuk tumbuh," kata Pri kepada Kontan.co.id, Jumat (7/8).

Pri membandingkan, potensi atau cadangan Wilayah Kerja (WK) migas di Indonesia memang masih potensial. Namun, untuk yang sudah terbukti (proven) sebagian besar sudah menjadi lapangan migas yang tua (mature), sehingga lebih sulit dan mahal dalam peningkatan cadangan maupun produksinya.

"Sedangkan untuk yang belum proven, sebagian besar berada di wilayah yang belum tereksplorasi. Masih perlu eksplorasi masif yang juga tidak mudah, high risk dan high capital," terang Pri.

Adapun untuk lapangan migas di luar negeri, khususnya timur tengah, secara teknis pada umumnya memiliki prospek yang lebih baik dari sisi potensi cadangan, produksi maupun tingkat risiko. "Lebih manageable dan tingkat pengembalian investasi yang lebih menjanjikan," sambung Pri.

Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro. Dengan mempertimbangkan kondisi produksi-konsumsi migas domestik, kata Komaidi, akuisisi blok migas luar negeri perlu dilakukan Pertamina.

Dia bilang, tekanan harga komoditas migas saat masa pandemi ini menjadi momentum yang tepat untuk melakukan akuisisi. "Jika ada anggaran dapat dikatakan saat ini merupakan momen tepat. Dengan harga migas rendah pembelian aset otomatis akan bisa rendah pula, sehingga secara bisnis relatif lebih menguntungkan," sebut Komaidi.

Yang terpenting, sambungnya, proses akuisisi harus dilakukan dengan kaidah bisnis yang benar mengikuti prosedur dan administrasi yang sesuai aturan. Dalam hal ini, Komaidi mengingatkan agar kasus akuisisi blok migas di luar negeri yang menyebabkan Direktur Utama Pertamina terdahulu terjerat kasus hukum, jangan sampai terulang.

Kasus yang dimaksud ialah Dirut Pertamina terdahulu, Karen Agustiawan, yang tersandung hukum akibat persoalan merger dan akuisisi (M&A) di Blok Baske Manta Gummy (BMG) Australia. 

"Jadi tetap harus dilakukan dengan kaidah bisnis yang benar, perlu mengingat jangan sampai kasus yang terjadi pada Bu Karen saat itu terulang kembali. Secara prosedur dan administrasi di internal harus solid," ujar Komaidi.

Lebih lanjut, dari sisi teknis, Pri Agung berpandangan bahwa akuisisi blok migas di luar negeri idealnya dilakukan pada aset yang sudah berporduksi tetapi masih dalam tahap awal atau belum mature. 

Baca Juga: Pertamina dikabarkan akuisisi blok migas di Afrika dan Timur Tengah senilai US$ 4,5 M

Dengan begitu, potensi peningkatan cadangan dan produksi ke depan masih bisa dioptimalkan. "Juga sebaiknya fokus pada wilayah yang secara geologi memang memiliki cadangan migas besar dan secara teknis belum merupakan lapangan yang berkategori sulit,  misal di Timur Tengah, atau beberapa negara Afrika," terang Pri.

Selain itu, katanya, assessment dan pemetaan terhadap aspek teknologi dan ekonomi sangat diperlukan. Meliputi aspek subsurface, E&P teknologi, dan fasilitas surface production. Termasuk di dalamnya akses transportasi dan juga pemasaran produknya.

"Hingga assessment politik-sosial atau country risk secara komprehensif mutlak perlu dilakukan terlebih dulu," pungkas Pri.

Merujuk pada pemberitaan sebelumnya, Pertamina dikabarkan tengah melakukan diskusi dengan Occidental Petroleum Corp guna mengakuisisi sejumlah aset minyak dan gas bumi di Afrika dan Timur Tengah.

Mengutip Bloomberg.com, pembicaraan antara kedua belah pihak ini masih berlangsung untuk aset migas Occidental di Ghana dan Uni Emirat Arab dengan nilai sekitar US$ 4,5 miliar.

Selain aset pada dua wilayah tersebut, Pertamina juga disebut tengah menjajaki peluang mengakuisisi beberapa aset dari Occidental di Aljazair dan Oman. Kendati demikian, rencana akuisisi tersebut disebutkan bakal dilakukan terpisah dengan diskusi akuisisi aset di Ghana dan Uni Emirat Arab.

Saat dihubungi Kontan.co.id, Pertamina memang belum memberikan konfirmasi dan penjelasan lebih lanjut terkait kabar tersebut. 

Yang jelas, pada akhir Juli lalu Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati membenarkan bahwa saat ini pihaknya tengah menjajaki proses akuisisi blok minyak di luar negeri.

"Kami sedang proses akuisisi blok migas luar negeri untuk tingkatkan reserve to production (RTP) dan tingkatkan produksi yang bisa dibawa ke dalam negeri," ungkap Nicke dalam diskusi virtual, Minggu (26/7).

Dia menjelaskan, dengan rencana peningkatan kapasitas dan kualitas sejumlah kilang di tanah air, maka Pertamina membutuhkan tambahan crude (minyak mentah) guna mengisi feed stock kilang yang ada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×