kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.405.000   -9.000   -0,64%
  • USD/IDR 15.370
  • IDX 7.722   40,80   0,53%
  • KOMPAS100 1.176   5,28   0,45%
  • LQ45 950   6,41   0,68%
  • ISSI 225   0,01   0,00%
  • IDX30 481   2,75   0,57%
  • IDXHIDIV20 584   2,72   0,47%
  • IDX80 133   0,62   0,47%
  • IDXV30 138   -1,18   -0,84%
  • IDXQ30 161   0,48   0,30%

Pertamina Diminta Kuatkan Pasokan Hulu Bioethanol Sebelum Perluas Pasar


Rabu, 25 Oktober 2023 / 18:09 WIB
Pertamina Diminta Kuatkan Pasokan Hulu Bioethanol Sebelum Perluas Pasar
ILUSTRASI. PT Pertamina diminta mematangkan pasokan bahan baku etanol sebelum memperluas pasar Pertamax Green 95. . KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengingatkan PT Pertamina untuk mematangkan pasokan bahan baku etanol sebelum memperluas pasar Pertamax Green 95. 

Sebagai informasi, Pertamax Green 95 merupakan Bahan Bakar Minyak (BBM) terbaru yang  mencampurkan Pertamax (RON 92) dengan ethanol 5% (E5). Saat ini Pertamina telah melakukan penjualan Pertamax Green di 15 SPBU di Jakarta dan Surabaya. Per 1 Oktober 2023, produk ini dibanderol Rp 16.000 per liter. 

Rencananya, Pertamina Patra Niaga akan fokus mendistribusikan Pertamax Green di Pulau Jawa dengan memastikan rantai pasok etanol terpenuhi. Lebih lanjut, Pertamina akan menjualnya ke luar Pulau Jawa. 

Baca Juga: Impor Bensin Melesat, ESDM Dorong Pemanfaatan BBN di Sektor Transportasi

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji menjelaskan, sebelum memperbesar skala produksi dan penjualan, pasokan dari hulu etanol atau molases tebu harus dipersiapkan. 

“Supaya sustain jadi tidak hanya sebatas memenuhi di saat persemian awal saja,” ujarnya ditemui di Jakarta, Rabu (25/10). 

Tutuka juga melihat, saat ini animo masyarakat terhadap Pertamax Green 95 memang belum signifikan. Pasalnya, penjualan bahan bakar nabati (BBN) memang membutuhkan waktu untuk digunakan masif di masyarakat. Beberapa pertimbangan orang membeli BBM ialah melihat dari sisi harga, kualitas, hingga dampak BBM pada mesin kendaraan. 

Hal ini pun juga terjadi pada Biosolar B35 yang merupakan pencampuran solar 65% dengan kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) 35%. BBN ini diakui Tutuka, proses penyebaran dan penerimaan masyarakat perlu waktu yang lama. 

Baca Juga: BP-AKR Stop Jual BP 90, Era BBM RON 90 Mendekati Akhir?

“Jadi Biosolar sudah bukan hanya pilot project, sudah benar-benar pengalaman dan bisa digunakan. Kalau ada efek sampingnya, bisa ditolerir,” jelasnya. 

Tutuka menyatakan, penjualan BBN dari etanol tentu juga perlu proses di mana saat ini masyarakat dibiarkan mencoba dan memiliki pengalaman pribadinya terlebih dahulu. 

Sebagai informasi, saat ini Pertamina Patra Niaga, memproyeksikan permintaan Pertamax Green 95 di Pulau Jawa saja bisa mencapai lebih dari 96.000 Kilo Liter (KL) per tahun, dan kebutuhan etanol untuk proyeksi ini adalah sebesar 4.800 KL hingga 5.000 KL pertahunnya. 

Untuk memenuhi proyeksi permintaan saat ini Pertamina Patra Niaga bekerjasama dengan PT Energi Agro Nusantara atau Enero, anak usaha dari PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X untuk menyuplai ethanol sekitar 30.000 KL pertahun yang digunakan sebagai bahan untuk blending Pertamax Green 95. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mudah Menagih Hutang Penyusunan Perjanjian & Pengikatan Jaminan Kredit serta Implikasi Positifnya terhadap Penanganan Kredit / Piutang Macet

[X]
×