Reporter: Muhammad Julian | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Rumah Kelompok Wanita Tani (KWT) Subur Makmur sudah ramai dipenuhi beragam produk turunan jeruk pada Selasa siang (21/11). Setidaknya sebanyak 50 boks pie susu, 50 sirup jeruk,50 bungkus selai jeruk, dan 25 bungkus kudapan stik rasa jeruk berjejer rapi di rumah produksi yang berlokasi di Desa Air Talas Kecamatan Rambang, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan tersebut.
“Buat diberangkatkan ke Jakarta,” terang Ketua KWT Sumber Makmur, Komang Meliasih saat ditemui di rumah produksi pada Selasa (21/11).
Menurut rencana, ragam produk turunan jeruk tersebut bakal dipamerkan dalam gelaran Forum Kapasitas Nasional (Kapnas) III tahun 2023 yang digelar oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) di Jakarta Convention Center, Jakarta pada 23-24 November 2023.
Aneka produk turunan jeruk yang siap diberangkatkan tersebut diproduksi secara bahu-membahu oleh KWT Subur Makmur yang saat ini beranggotakan 11 orang. Sedikit cerita, KWT Subur Makmur mulanya merupakan kelompok senam Ibu-Ibu.
Hanya, kelompok tersebut kemudian bertransformasi menjadi kelompok wanita tani setelah PT Pertamina EP Limau Field melakukan ‘intervensi’ turut memberdayakan perempuan-perempuan di Desa Air Talas sejak tahun 2018 silam.
Lewat program Ibu-Ibu Desa Air Talas Mengolah Air Jeruk atau disingkat Bude Arta Maju, Pertamina EP Limau Field berusaha menjawab permasalahan jeruk siam yang terklasifikasi, yaitu jeruk kualitas kedua.
Asal tahu, jeruk kualitas kedua ini memiliki harga yang relatif jual lebih murah lantaran rasanya yang tidak terlalu manis atau cenderung masam. Menurut catatan, Komang, jeruk kualitas kedua ini bisa dihargai Rp 5.000 per kilogram (kg), atau bahkan Rp 2.000 ketika harganya sedang anjlok.
“Kalau manis lebih mahal harganya. di kebun sudah Rp 10.000, kalau di jalan-jalan lebih mahal lagi,” tutur Komang
Beberapa bentuk pelatihan dan bantuan Pertamina dalam program ini di antaranya pelatihan soal diversifikasi jeruk, pelatihan pemasaran sosial, hingga pembuatan rumah produksi olahan jeruk.
Selain itu, Pertamina juga melakukan pendampingan kepada KWT Subur Makmur untuk beroleh Sertifkat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PPIRT) dan sertifikat halal untuk menambah kepercayaan konsumen terhadap produk yang mereka buat.
Dengan adanya pelatihan ini, kini KWT Subur Makmur sudah mengembangkan beragam produk turunan jeruk, mulai dari pie susu jeruk, selai jeruk, sirup jeruk, hingga kudapan stik rasa jeruk. Penjualannya dilakukan melalui berbagai lini, mulai dari gerai yang berlokasi di Muara Enim, pameran-pameran dan acara instansi, hingga penjualan daring lewat lokapasar Tokopedia.
“Lumayan, kan kalau senam aja cuman dapat sehatnya aja, sekarang sudah dapat income,” tutur Komang.
Program Bude Arta Maju merupakan salah satu dari sub program Agribisnis Penggerak (Kembali) Desa Air Talas atau disingkat Anggrek Dewata yang diinisiaasi Pertamina di desa tersebut. Selain program Bude Arta, Pertamina EP Limau juga memiliki prograjmm Budidaya Jeruk Siam (BU JUSI) dan pupuk Cair Organik darai Limbah Kulit Jeruk atau PUTERI JELITA.
“Anggrek Dewata menjadi komitmen kami dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakat di ring 1 EP Limau Field yang berfokus pada ESG dan target SDG’s” kata Senior Manager Limau Field, Dadang.
Community Development Officer (CDO) Pertamina EP Limau Field, Dedo Kevin Prayoga, mengatakan bahwa Pertamina, pada progrgam Bude Arta) akan berfokus pada pengembangan lanjut produk olahan jeruk.
“Jadi kami rencana akan ada produk olahan turunan baru lagi, makanya kami sedang mencoba ngobrol lagi sama ibu-Ibu di sini soal apa lagi yang hendak kita kembangkan,” ujar Dedo (21/11)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News