Reporter: Filemon Agung | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Berdasarkan data Satuan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) terungkap sejumlah Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) belum mampu mencapai target lifting minyak dan gas bumi APBN 2019.
Diantara sejumlah KKKS tersebut ada dua KKKS yang merupakan anak usaha Pertamina yakni PT Pertamina EP dan PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM).
Dalam data SKK Migas,Berdasarkan data per 30 April 2019, lifting minyak PT Pertamina EP hanya mencapai 93% dari target lifting APBN sebesar 85.000 barel oil per day (bopd). Adapun realisasi produksi dan lifting year to date (ytd) masing-masing sebesar 82.200 bopd dan 79.340 bopd.
Anak usaha Pertamina lainnya, yakni Pertamina Hulu Mahakam (PHM) mencatatkan produksi sebanyak 37.510 bopd dan lifting sebesar 42.710 bopd atau 85% dari target lifting harian APBN sebesar 50.400 bopd.
Presiden Direktur Pertamina EP Nanang Abdul Manaf yang ditemui seusai menghadiri agenda Rapat Dengar Pendapat dengan komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bilang belum tercapainya realisasi lifting merupakan hal yang wajar pada awal tahun. "Biasanya diakhir tahun nanti lifting dan produksi akan sama angkanya," ujar Nanang, Kamis (16/5).
Selain menganggap hal tersebut sesuatu yang wajar, Nanang menyebut dalam melaksanakan lifting, tak semua hasil produksi bisa disalurkan melalui pipa. Sejauh ini baru daerah Sumatera Selatan, Jambi dan Jawa Barat yang proses liftingnya melalui pipa. Sementara daerah-daersh yang belum tersambung jaringan distribusi pipa masih menggunakan tanker.
"Semua produksi tidak bisa langsung diangkut begitu saja, mau tidak mau harus menunggu kapasitas terpenuhi," jelas Nanang. Lebih jauh Nanang mencontohkan, jika produksi telah memenuhi kapasitas tanker dalam rentan waktu tertentu maka hasil produksi tersebut bisa diangkut. Hasil produksi dapat dikumpulkan dalam 10 hari hingga 60 hari untuk kemudian diangkut oleh Tanker.
Sementara itu, Direktur Pertamina Hulu Mahakam Denie S Tampubolon bilang penurunan telah terjadi sejak tahun 2016. "Kami masuk sejak 2019 dan kami fokus mengolah, ditahun ini kami merencanakan pengeboran 118 sumur" ujar Denie, Kamis (16/4).
Disisi lain, SKK Migas menyebut PHM mengalami decline rate yang lebih tinggi di akhir 2018, selain itu belum onlinenya sejumlah sumur yang telah di bor merupakan penyebab belum tercapainya target lifting.
Sejauh ini PHM telah merealisasikan 30 sumur namun baru 20 sumur yang onstream sementara 10 sumur masih dalam tahapan penyelesaian infrastruktur.
Kedepannya kedua perusahaan terus mengupayakan perbaikan kinerja. Nanang menyebut Pertamina EP akan berfokus untuk melakukan efisiensi dalam proses produksi dan lifting. "Beberapa tahun belakang lifting dikebut, namun kita ingin lebih efisien jadi lifting akan dilakukan jika telah memenuhi kapasitas tertentu," jelas Nanang.
Sementara Denie meyakini akan ada perbaikan di tahun mendatang. "Tahun 2020 kami akan lakukan eksplorasi," ujar Denie.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News