Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menjajaki potensi produksi Liquefied Petroleum Gas (LPG) dari sejumlah lapangan migas yang dikelolanya.
Corporate Secretary PHE Arya Dwi Paramita mengatakan, PHE sebagai Subholding Upstream Pertamina bertugas menjaga pasokan produksi migas nasional. Kini, perusahaan juga fokus mengoptimalkan potensi produksi LPG dari wilayah kerja yang ada.
"Sebagai langkah nyata mendukung program pemerintah dalam memenuhi kebutuhan LPG nasional, PHE melalui Zona 4 (Sumatera - Jambi Merang) dan Zona 5 (Offshore North West Java/ONWJ) mengembangkan potensi produksi LPG yang diekstraksi dari lapangan masing-masing," kata Arya kepada Kontan, dikutip Minggu (27/4).
Adapun pengembangan ini diproyeksikan mampu meningkatkan produksi LPG sekitar 30% dari total produksi LPG yang dihasilkan PHE saat ini. PHE pun tengah melakukan kajian mendalam untuk mengeksplorasi potensi serupa di lapangan-lapangan lainnya.
Baca Juga: Pertamina Hulu Energi Laporkan Temuan Cadangan Eksplorasi Terbesar 15 Tahun Terakhir
"Harapannya, PHE bisa berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan LPG nasional, tentunya dengan tetap mempertimbangkan aspek keekonomian," ujar Arya.
Sebelumnya, pemerintah menargetkan dua fasilitas pengolahan LPG tambahan dapat mulai beroperasi pada akhir 2025. Fasilitas ini akan dikembangkan di WK Jambi Merang dan ONWJ, dengan PHE sebagai operator.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Djoko Siswanto mengatakan, proyek tersebut kini sudah mendapat persetujuan alokasi dan harga gas dari Menteri ESDM.
"Tujuh bulan dari sekarang, insya Allah LPG plant bisa onstream. Ini akan menambah produksi LPG nasional," kata Djoko.
Rencananya, LPG plant di Jambi Merang akan memiliki kapasitas produksi hingga 200 metrik ton per hari, sedangkan fasilitas di ONWJ sekitar 180 metrik ton per hari.
Pembangunan dua fasilitas ini menjadi bagian dari strategi SKK Migas untuk meningkatkan nilai tambah dari produksi gas domestik sekaligus mengurangi ketergantungan impor LPG. Saat ini, sekitar 80% kebutuhan LPG nasional masih dipenuhi dari impor.
Baca Juga: Pertamina Hulu Energi Targetkan Pendapatan Naik 7,2% menjadi US$ 13,71 Miliar di 2025
Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Padjadjaran, Yayan Satyakti, menilai percepatan proyek pengolahan LPG sangat penting. Menurut dia, produksi LPG domestik harus memperhatikan harga agar tetap terjangkau masyarakat serta menciptakan efisiensi fiskal melalui substitusi impor.
"Produksi LPG ini harus mendukung Household Affordability dan Accesibility, serta mencerminkan fiscal efficiency," ujar Yayan kepada Kontan.
Selain di Jambi Merang dan ONWJ, pemerintah juga mendorong pengembangan lapangan migas lain yang memiliki potensi serupa. Salah satu contoh adalah Proyek Akatara di Wilayah Kerja Lemang, Jambi, yang dikelola Jadestone Energy.
Dengan investasi Rp 2 triliun, Proyek Akatara memproduksi gas sebesar 25,7 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), menghasilkan 185 ton LPG dan 1.000 barel kondensat per hari. Produksi LPG dari Akatara diperkirakan mencapai 125 ribu metrik ton per tahun, cukup untuk memenuhi sekitar separuh kebutuhan LPG di Provinsi Jambi.
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menyebut, proyek seperti Akatara berperan penting dalam meningkatkan ketersediaan energi domestik. Pemerintah pun menargetkan pengembangan lebih banyak lapangan serupa di masa mendatang.
Baca Juga: Pertamina Hulu Energi (PHE) Bidik Produksi Minyak 416.000 Barel pada 2025
Selanjutnya: REI: Kenaikan Batas Penghasilan MBR, Mengakomodir Anak Muda Miliki Hunian
Menarik Dibaca: Bank Mandiri Realisasikan KUR Rp 12,8 Triliun, Mayoritas ke Sektor Produktif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News