Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
Adapun penyerapan tenaga kerja ini melalui mitra kerja Pertamina baik Joint Operation (JO) maupun perusahaan pendukung lainnya dengan beragam keahlian khusus atau tertentu. "Untuk tenaga kerja yang tidak memiliki keahlian tertentu, kami dorong dari mengutamakan SDM setempat dengan project based hiring," tutur Karan.
Untuk meningkatkan kapasitas skill SDM setempat, Pertamina bekerja sama dengan institusi dan Dinas Ketenagakerjaaan setempat. "Ini menjamin SDM lokal bisa bergabung di proyek-proyek yang sedang dikerjakan di wilayah mereka," ungkap Karan.
Sementara untuk pasca konstruksi, Pertamina membutuhkan 300 operator tambahan di pengembangan Refinery Unit V Balikpapan dan 1000 pekerja di GRR Tuban. Merespon tantangan disrupsi di sektor energi, Karantina mengungkapkan, kualifikasi kebutuhan sumber daya manusia di industri migas akan selalu disesuaikan dengan kondisi zaman.
Baca Juga: Perusahaan Tiongkok bakal investasi US$ 8 miliar untuk proyek kilang di Batam
"Setelah melihat tantangan industri migas di masa mendatang terutama supply dan demand menuntut Pertamina lebih adaptif terhadap segala situasi termasuk di dalamnya mengatur tentang ketidakpastian bisnis," kata Karan.
Secara umum, perusahaan migas mempertimbangkan tiga aspek besar dalam mencari SDM di masa mendatang, yaitu memiliki kompetensi di bidang teknis (technical competency), kemampuan softskill (leadership competency), dan mampu memahami corporate values atau integritas yang terdiri dari tangkas (Agile), mengutamakan konsumen (customer centric), mampu berkolaborasi (collaborative), dan inovastif (innovative).
"Kalau di Pertamina, kuncinya setiap SDM diharapkan bisa cepat memahami situasi dan memiliki fleksibilitas ide apalagi teknologi berkembang secara cepat sehingga kita tidak lagi memiliki kemewahan dalam hal waktu," pungkas Karan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News