Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
Kelanjutan kerjasama
Tak hanya di PLTGU Jawa-1, retaknya konsorsium Pertamina Power-Marubeni ini juga berdampak pada proyek lainnya, yakni PLTGU yang akan dibangun di Bangladesh. Dalam proyek pembangkit berkapasitas 1.200 MW tersebut, Marubeni menjadi salah satu partner Pertamina sejak Agustus 2017.
Namun, dalam surat investigasi yang sama, disebutkan bahwa consortium agreement dengan Marubeni itu sudah berakhir pada 27 Juni 2019. Namun, berdasarkan persoalan di PLTGU Jawa-1, PPI memutuskan untuk tidak memperbarui consortium agreement dengan Marubeni.
Mengenai persoalan ini, Vice President of Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman masih enggan untuk banyak berkomentar. Terkait pembangunan PLTGU Jawa-1, Fajriyah menjamin, tahap konstruksi pembangkit ini akan berjalan sesuai rencana.
"Dengan leadership Pertamina dan PPI, Jawa-1 akan berjalan dengan baik sesuai track, Pertamina committed," katanya ke Kontan.co.id, Senin (4/11).
Baca Juga: Catat, ini jadwal pembagian dividen interim Mitrabara Adiperdana (MBAP)
Sedangkan mengenai pembangunan pembangkit di Bangladesh, Fajriyah mengatakan bahwa akan ada pengkajian ulang pada struktur perencanaan proyek tersebut. "Untuk Bangladesh, ada beberapa hal yang harus di-restructure," ungkap Fajriyah tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.
Sayangnya, hingga tulisan ini dibuat, pihak dari Marubeni Corporation belum bersedia untuk memberikan konfirmasi. Saat dihubungi Kontan.co.id. Direktur anak usaha Marubeni Indonesia Slamet Muhadi mengatakan bahwa pihaknya masih belum bisa untuk memberikan keterangan resmi mengenai persoalan ini.
"Saya minta untuk translete dan konfirmasi ke internal terlebih dulu," kata Slamet.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News