Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana impor minyak dan gas bumi (migas) dari Amerika Serikat (AS) masih belum direalisasikan. Kerja sama tersebut masih dalam proses pembahasan.
“Ini masih di Kementerian Perekonomian, kita semua masih dalam tahap pembicaraan juga. Itu belum dijalankan karena memang masih proses pembicaraan,” ujar Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Senin (10/11/2025).
Sebelumnya, pemerintah memperkirakan nilai paket impor migas dari AS bisa mencapai US$15 miliar atau sekitar Rp 243 triliun. Langkah itu dirancang untuk membantu menyeimbangkan surplus neraca dagang Indonesia terhadap AS.
Baca Juga: Pertamina Pastikan Kilang Tuban Masuki Tahap FID, Masih Bermitra dengan Rosneft
Sebagai perbandingan, total impor migas Indonesia sepanjang 2024 tercatat sebesar US$ 36,27 miliar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka tersebut terdiri atas impor minyak mentah senilai US$ 10 miliar dan hasil minyak serta gas sebesar US$ 25,92 miliar.
Untuk komoditas liquefied petroleum gas (LPG), impor Indonesia mencapai 6,89 juta ton dengan nilai US$3,78 miliar pada tahun 2024. Dari jumlah itu, pasokan terbesar berasal dari AS, yakni sekitar 3,94 juta ton dengan nilai US$2,03 miliar. Selain AS, Indonesia juga mengimpor LPG dari Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, Arab Saudi, dan Aljazair.
Adapun sepanjang 2024, nilai impor minyak mentah dari AS hanya mencapai sekitar US$ 430,9 juta. Sebagian besar pasokan minyak mentah Indonesia masih berasal dari Arab Saudi, Angola, Nigeria, dan Australia. Sementara itu, impor bahan bakar minyak (BBM) banyak disuplai dari kilang di Singapura.
Selanjutnya: 13 Daftar Promo 11.11 Kuliner Favorit November 2025, JCO hingga HokBen Serba Hemat
Menarik Dibaca: 13 Daftar Promo 11.11 Kuliner Favorit November 2025, JCO hingga HokBen Serba Hemat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













