kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,31   6,47   0.72%
  • EMAS1.383.000 0,36%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

Pertumbuhan Daya Beli Masyarakat Topang Kinerja Emiten Farmasi


Minggu, 15 Oktober 2023 / 19:29 WIB
Pertumbuhan Daya Beli Masyarakat Topang Kinerja Emiten Farmasi


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah tekanan pelemahan nilai tukar rupiah, kinerja emiten farmasi masih memiliki ruang bertumbuh. Potensi pertumbuhan daya beli menjadi pendorongnya.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Muhammad Nafan Aji Gusta, mengatakan, pelemahan nilai tukar berpotensi melemahkan margin laba bersih bagi emiten farmasi. Maklum, rata-rata bahan baku emiten farmasi merupakan produk impor.

Kendati begitu, Nafan mencermati pelemahan nilai tukar rupiah sejauh ini masih relatif stabil alias masih dalam batas fundamentalnya. "Sebab pemerintah juga menggenjot ekspor untuk menjaga surplus neraca perdagangan bisa positif," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (15/10).

Baca Juga: Cek Prospek Kinerja Emiten yang Punya Utang Dolar AS di Tengah Pelemahan Rupiah

Selain itu, tekanan pelemahan rupiah dapat diantisipasi dengan pertumbuhan permintaan. Bahkan, Nafan memperkirakan kinerja emiten farmasi di kuartal III bisa bertumbuh seiring peningkatan permintaan.

Kemudian, kondisi daya beli masyarakat juga meningkat seiring pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Juga, sikap masyarakat yang lebih preventif saat ini di tengah kondisi cuaca yang kurang baik sehingga banyak mengonsumsi vitamin.

Di tengah situasi tersebut, Nafan menilai investor bisa mencermati emiten farmasi dengan kapitalisasi pasar besar. Sebab, peluang pertumbuhannya lebih besar dengan potensi pertumbuhan daya beli masyarakat.

Analis Panin Sekuritas Rizal Rafly menambahkan, daya beli masyarakat Indonesia akan terus mengalami pertumbuhan. Hal ini sejalan dengan pemulihan ekonomi Indonesia pasca dicabutnya status pandemi Covid-19.

Baca Juga: Saham-Saham yang Terdampak Pelemahan Rupiah dan Rekomendasi Analis

Menurutnya, peningkatan daya beli masyarakat akan mendorong konsumsi masyarakat terhadap produk nonprimer seperti produk kesehatan.

"Hal ini tercermin pada tren Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang cenderung bergerak uptrend sejak tahun 2020, sejalan dengan pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang diestimasikan oleh Bank Indonesia pada kuartal II 2023 tumbuh 5,1% YoY," terangnya.

Selain itu, ia melihat ada potensi pertumbuhan nilai pasar suplemen herbal di Asia Tenggara. Berdasarkan data Fortune Business Insights, perkiraan nilai pasar obat dan suplemen herbal Asia Tenggara akan mencapai US$ 10,6 miliar pada tahun 2026, dengan CAGR tumbuh 5,5% di 2018-2026.

Penggerak utama pada kenaikan tren nilai pasar ini adalah tingginya kesadaran masyarakat bahwa gaya hidup sehari-hari telah merusak tubuh, sehingga terdapat dorongan untuk melakukan pemeliharaan kesehatan preventif dan peningkatan daya tahan tubuh.

Baca Juga: Saham Emiten Farmasi LQ45 KLBF dan SIDO Rebound, Saatnya Beli atau Jadi Penonton?

Selain itu kembalinya minat masyarakat terhadap obat herbal karena memiliki efek samping yang minim.

Analis BRI Danareksa Natalia Sutanto melanjutkan, BMKG memperkirakan cuaca kering dan panas akan terus berlanjut di Indonesia dalam beberapa bulan ke depan. Sejak cuaca kering dan panas dimulai pada bulan Agustus, pihaknya melihat adanya potensi untuk repeat order yang lebih cepat dari rumah sakit akibat meningkatnya jumlah pasien pada kuartal III - kuartal IV.

"Kami percaya hal ini akan berdampak pada permintaan yang lebih tinggi untuk obat bebas dan obat resep di semester II 2023," katanya.

Salah satu emiten yang akan diuntungkan adalah PT Kalbe Farma Tbk (KLBF). Sebab, terdapat potensi pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi, terutama di kategori OTC. "Dari sisi marjin, diperkirakan juga akan lebih tinggi, khususnya di divisi nutrisi karena dampak yang berkepanjangan pada persediaan," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×