Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Noverius Laoli
Perubahan pola konsumsi yang disorot Bhima adalah kecenderungan masyarakat untuk berbelanja kebutuhan leisure atau hiburan dibandingkan membeli makanan dan beli pakaian jadi.
“Ada tren yang terjadi di banyak negara pasca pandemi. Pengeluaran konser musik dan film naik pesat, transportasi juga naik tapi tidak berkorelasi dengan penjualan ritel,” kata dia saat dihubungi Kontan, Minggu (20/08).
Ia menambahkan, ada pula perubahan kebiasaan terutama yang terjadi di kelompok menengah atas. Yaitu jalan-jalan tapi tidak belanja barang, hanya window shopping atau sekedar cari hiburan.
Kemudian, selain pertumbuhan yang menurun, menurut Aprindo ritel modern juga kalah dengan ritel tradisional yang berhasil tumbuh 4,5% year to date (YtD) per semester I-2023.
Baca Juga: Semen Indonesia (SMGR) Raih Peringkat idAA+ dari Pefindo
Mengenai hal ini, Tauhid mengatakan ritel tradisional masih menang dalam urusan harga dan sekarang mulai melakukan sistem down trading atau menjual pada harga rendah untuk mencapai volume tinggi.
“Retail tradisional ini sekarang punya behaviour yang unik, mereka pilih down trading. Yang tadinya mungkin jual ke mall-mall, sekarang mereka mengincar daerah-daerah yang bisa menjangkau pembeli, yang terdekat, yang kecil itu justru dikembangkan,” katanya.
Lalu, untuk memperbaiki kinerja ritel di semester-2 tahun ini, Tauhid menyarankan agar peritel tidak lagi bermain-main dalam memberikan diskon kepada para konsumen.
“Kalau online (e-commerce) lebih sering ada hari belanja nasional dan sebagainya, kalau di ritel lebih jarang. Jadi bener-bener diskon yang dihitung dari harga riil-nya, bukan diskon semu,” ungkap dia.
Baca Juga: IHSG Melemah 0,59% pada Jumat (18/8), Begini Reviewnya dalam Sepekan
“Jadi orang gak ketipu, diskonnya besar tapi semu. Kalau terlalu sering melakukan kamuflase harga, ini membuat orang tidak percaya terhadap harga-harga diskon yang ada di ritel,” tambah dia.
Bhima kemudian menyarankan agar para peritel tidak takut berinovasi contohnya mengadakan acara di mal yang lebih intens.
“Untuk ritel modern yang kehilangan peminat maka renovasi tempat atau fasilitas bisa jadi pilihan. Masyarakat cenderung mencoba tempat baru, atau mal lama tapi sudah di renovasi. Terakhir, banyak berikan diskon yang menarik,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News