Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan batubara memastikan tetap menjaga level produksi di sisa tahun ini.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan beberapa perusahaan telah mengajukan revisi Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) tahun 2022. Perubahan rencana produksi oleh sejumlah perusahaan meliputi peningkatan maupun pengurangan produksi.
Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengungkapkan, saat ini permintaan dari pasar ekspor masih cukup kuat. Sebagai contoh, India kini tengah dalam kondisi krisis energi sehingga ada potensi peningkatan permintaan. Selain itu, pasar Eropa juga berpotensi mendongkrak permintaan menyusul antisipasi embargo oleh Uni Eropa terhadap impor batubara dari Australia.
"Saat ini perusahaan berusaha maksimal optimalkan produksi yang sempat terhambat larangan ekspor di Januari dan juga kendala cuaca," kata Hendra.
Baca Juga: Sejumlah Perusahaan Batubara Ajukan Revisi RKAB
Hendra menambahkan, dari informasi yang diperoleh APBI, ada perusahaan batubara yang telah mengajukan revisi Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) untuk mendongkrak produksi. Kendati demikian, Hendra pun belum bisa merinci lebih jauh perusahaan mana saja yang sudah mengajukan revisi RKAB.
Di sisi lain, Hendra mengakui sebagian perusahaan juga tetap konsisten dengan rencana produksi sesuai RKAB awal. Hendra mengungkapkan, dalam beberapa pekan terakhir kondisi cuaca relatif bagus. "Curah hujan tidak setinggi Januari hingga Maret. Tapi sejak April hingga pertengahan Mei umumnya kegiatan produksi sedikit melambat karena menjelang libur Lebaran," ungkap Hendra.
Dikonfirmasi terpisah, Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Tbk Febriati Nadira mengungkapkan, untuk tahun ini Adaro masih menargetkan produksi batubara sesuai panduan yang ditetapkan. "Target produksi batubara sebesar 58 juta ton hingga 60 juta ton," ujar Ira kepada Kontan, Selasa (17/5).
Produksi batubara ADRO hingga kuartal I 2022 tercatat sebesar 12,15 juta ton. Ira melanjutkan, komposisi penjualan domestik Adaro pada kuartal I 2022 mencapai 30%. Ia memastikan, perusahaan akan senantiasa mengikuti ketentuan DMO. Adapun, komposisi penjualan untuk pasar ekspor mencapai 70%.
"Wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara menduduki posisi tertinggi untuk destinasi ekspor yang masing masing mengambil porsi 27% dan 17%, lalu India 13% penjualan, China 10%, dan sebanyak 3% ke negara-negara lainnya," jelas Ira.
Sementara itu, Direktur PT ABM Investama Tbk (ABMM) Adrian Erlangga mengungkapkan, produksi batubara hingga kuartal I 2022 mencapai 3 juta ton. Selain itu, manajemen juga masih dengan target semula. "Tidak ada rencana revisi RKAB sampai saat ini," terang Adrian kepada Kontan, Selasa (17/5).
Baca Juga: APBI Menilai Tren Harga Batubara Masih di Level yang Cukup Baik
Dalam catatan Kontan, ABMM menargetkan produksi dan penjualan batubara tahun ini minimal sebesar 14 juta ton. Adrian menambahkan, harga komoditas batubara untuk tahun ini diprediksi akan tetap terjaga di level yang baik. Selain itu, ABMM juga telah memenuhi ketentuan pemenuhan batubara untuk dalam negeri. "DMO kami di Kalsel sudah melampaui target," kata Adrian.
Sementara itu, Head of Corporate Communication PT Indika Energy Tbk (INDY) Ricky Fernando mengungkapkan, produksi batubara sepanjang kuartal I 2022 secara total mencapai 8,1 juta ton. Dari jumlah tersebut, Kideco memproduksi sebesar 7,7 juta ton dan MUTU memproduksi 400 ribu ton. Di sisi lain, Ricky memastikan saat ini perusahaan tengah mengkaji untuk rencana perubahan produksi.
"Saat ini kami masih melakukan evaluasi secara internal terkait hal tersebut," kata Ricky kepada Kontan, Selasa (17/5).
Ricky melanjutkan, dengan kondisi harga saat ini dan permintaan ekspor yang cukup kuat maka harga batubara diperkirakan masih akan berada dilevel positif untuk sisa tahun ini. Di sisi lain, pada kuartal I 2022 INDY mengalokasikan 32% hasil produksi Kideco untuk kebutuhan dalam negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News