kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Perusahaan farmasi dalam negeri berbondong-bondong menjual obat Covid-19


Senin, 05 Oktober 2020 / 16:48 WIB
Perusahaan farmasi dalam negeri berbondong-bondong menjual obat Covid-19
ILUSTRASI. Covifor, Remdesivir produksi Amarox Pharma Global (Hetero Group) yang dipasarkan Kalbe Farma


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sejumlah perusahaan farmasi dalam negeri baik itu milik pemerintah maupun swasta berbondong-bondong menjual obat Covid-19.

PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) bersama PT Amarox Global Pharma (Amarox) melakukan perjanjian pemasaran dan distribusi obat Covifor (Remdesivir).

Sebagai informasi, Emergency Use Authorization (EUA) produk Covifor (Remdesivir) adalah untuk pengobatan pasien penyakit Covid-19 yang telah terkonfirmasi di laboratorium terutama untuk orang dewasa atau remaja (berusia 12 tahun ke atas dengan berat badan minimal 40 kg) yang dirawat di rumah sakit.

Jadi produk Covifor tidak dijual bebas, hanya digunakan di rumah sakit dengan rekomendasi dan pengawasan dokter.

Direktur Utama Kalbe Farma, Vidjongtius mengatakan kerjasama pemasaran dan distribusi bersama Amarox selama satu tahun dengan perpanjangan otomatis. Adapun kerjasama ini juga melibatkan PT Enseval Putera Megatrading Tbk (EPMT) sebagai perusahaan logistik milik Kalbe Farma.

Baca Juga: Indofarma (INAF) jual obat Remdesivir Rp 1,3 juta per vial

"Adapun distribusinya akan diprioritaskan ke Rumah Sakit di Indonesia melalui seluruh cabang Enseval," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (5/10).

Obat Cofivor ini sudah dipasarkan pada 1 Oktober 2020 lalu. Untuk harganya, awalnya Kalbe Farma mematok  Rp 3 juta per vial, namun KLBF menurunkan harganya menjadi Rp 1,5 juta per vial karena ada masukan dari pemerintah, tenaga kesehatan, dan pasien. Di sisi lain, juga karena kebutuhan obat ini yang besar.

Vidjongtius mengatakan kontribusinya ke KLBF belum besar karena produknya baru dan masih di tahap awal.

Kemudian dua anggota holding BUMN Farmasi, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF) juga sudah mampu memproduksi dan memasarkan produk Covid-19.

Sebelumnya Indofarma sudah memasarkan obat untuk membantu penyembuhan Covid-19 yakni Oseltamivir 75gr Caps. Obat ini sudah memiliki sertifikat Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) senilai 40.06% ini. Oseltamivir  telah diproduksi sendiri oleh INAF dengan kapasitas produksi sebesar 4,9 juta kapsul per-bulan.

Baca Juga: 5 Hal yang harus dilakukan saat orang terdekat terinfeksi Covid-19

Kemudian, INAF menambah portofolio produk obat Covid-19 yaitu Remdesivir dengan nama dagang Desrem™.  Remdesivir Inj 100 mg ini merupakan produk antiviral hasil produksi Mylan Laboratories Ltd atas lisensi dari Gilead Sciences Inc, Foster City dan United States of America.

Direktur Keuangan Indofarma, Herry Triyatno menjelaskan obat Remdesivir ini diimpor dari Mylan yakni perusahaan USA yang memproduksinya di India.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×