Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Edy Can
JAKARTA. Perusahaan Jerman, Ferrostaal AG bakal membangun kilang metanol dan dimethyleter (DME) di Papua Barat dengan nilai investasi sebesar US$ 900 juta. Pembangunan industri hilir dari gas itu akan dilakukan dalam dalam satu hingga dua tahun mendatang.
Senior Executive Manager Petrochemical Industry Ferrostaal, Soenke Gloede mengatakan pembangunan kilang di bidang petrokimia di Papua Barat sangat cocok karena tersedia sumber daya gas bumi yang cukup besar di sana. Menurutnya, gas bumi ini akan menjadi basis pengembangan metanol dan DME terintegrasi. "Nilai investasinya masih indikatif dan sangat bergantung pada proyeknya dan segala macam yang dibutuhkan,” Gloede, Jumat (15/4).
Gloede mengatakan investasi yang dilakukan juga sesuai dengan program pemerintah untuk mengembangkan wilayah Indonesia Timur. Menurutnya kilang itu akan mendapatkan pasokan gas bumi sebagai bahan baku dari Lapangan Tangguh, Papua. Dengan adanya pasokan dari Tangguh maka produksi yang dilakukan akan lebih efisien.
Kilang yang akan dibangun memiliki kapasitas 1 juta ton metanol per tahun dan 150.000—200.000 ton DME per tahun. Dengan jumlah produksi sebesar itu, rencananya produk akan dimanfaatkan untuk kebutuhan domestik dan juga ekspor. Salah satu penggunaan DME adalah sebagai substitusi elpiji.
Gloede mengatakan mereka telah membutuhkan waktu antara satu hingga dua tahun untuk melakukan persiapan. Setelah itu konstruksi akan dilakukan dalam waktu dua hingga tiga tahun. "Kilang akan beroperasi pada 2016," katanya.
Menteri Perindustrian, M S Hidayat mengatakan Papua Barat memang direncanakan sebagai kluster industri petrokimia berbasis gas bumi. Untuk itu pihaknya menyambut baik rencana investasi dari Ferrostaal. "Rencana investasi itu akan menjadi salah satu agenda yang akan dibahas dalam pertemuan retreat antara Presiden, menteri-menteri ekonomi, dan kepala daerah di Bogor pada 18-19 April nanti," kata Hidayat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News