Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan yang bergerak di sektor batubara sudah berencana untuk menggali ceruk pasar bisnis energi hijau. Beberapa di antaranya melaksanakan strategi diversifikasi bisnis untuk mengurangi eksposur dari bisnis batubara.
Saat ini PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) gencar memperluas portofolio di proyek energi terbarukan.
Sebelumnya, Presiden Direktur Adaro Power, Dharma Djojoegoro mengatakan, pembangkit listrik Adaro Power tidak akan terbatas pada PLTU saja. Sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan pembangkit listrik dari sumber terbarukan, Adaro Power aktif mencari dan memperluas portfolio proyek Energi Terbarukan untuk mendapatkan bauran energi yang seimbang dengan terus mempelajari proyek-proyek tenaga terbarukan, misalnya biomassa, tenaga angin, dan panel surya, untuk mendiversifikasikan bauran energinya dan mendukung PLN melalui prakarsa proposal dan tender.
Adaro Power telah melaksanakan peningkatan kapasitas Solar VP di Terminal Khusus Batubara di Kelanis dari yang sebelumnya 130 kWp menjadi 597 kWp. Adapun pada kuartal I 2022, Solar PV di Kelanis ini telah mulai memproduksi listrik dengan output 191.875 kWh.
Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) Sebut Belum Ada Perubahan Rencana COD PLTU Batang
Selain menjajaki pembangkit energi terbarukan, ADRO berusaha menekan emisi karbon pada PLTU yang telah beroperasi saat ini melalui Co-Firing. Pihaknya telah melakukan uji coba Co-Firing pada Oktober 2021 yang lalu.
Head of Corporate Communication Division Adaro Energy Indonesia, Febriati Nadira memaparkan, PLTU Makmur Sejahtera Wisesa telah berhasil melakukan uji coba co-firing menggunakan 1.000 kg sampah, dan saat ini sedang dilakukan uji coba menggunakan 5.000 kg sampah.
“Pada uji coba tahap pertama, co-firing menggunakan energi Bio Massa berhasil menurunkan emisi karbon sebesar 2,4 ton CO2e,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (10/6).
Adapun untuk PLTU Batang berkapasiitas 2x1.000 MW yang akan COD dalam waktu dekat ini dioperasikan menggunakan teknologi terkini sehingga menghasilkan emisi yang lebih rendah.
Perusahaan tambang batubara lainnya, PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) juga turut merambah bisnis energi hijau. Hal ini direalisasikan melalui kerja sama bersama Masdar dengan membentuk perusahaan patungan (Joint Venture) bernama PT Masdar Mitra Solar Radiance.
Direktur Utama Mitrabara Adiperdana, Khoirudin mengatakan, terkait dengan perusahaan patungan bersama dengan Masdar, pihaknya sudah menyiapkan roadmap pengembangan energi terbarukan.
“Kami berharap dapat merealisasikan install capacity hingga 40 MWp di tahun 2023 mendatang. Kami menyediakan investasi sebesar US$ 20 juta,” jelasnya beberapa waktu yang lalu.
Khoirudin memaparkan bahwa potensi market energi terbarukan di Indonesia sangat besar, khususnya pasar energi terbarukan di segmen komersial dan industri (C&I) yang tumbuh sangat pesat. Pihaknya menargetkan ingin berkontribusi sebanyak-banyak dalam menyediakan energi terbarukan ke segmen ini.
Menajamen MBAP mengatakan saat ini Masdar Mitra Solar Radiance memiliki potensi market dengan total kapasitas sebesar kurang lebih 100 MWp.
Pada 3 Juni 2022 lalu, Masdar Mitra Solar Radiance menandatangani perjanjian penyewaan rooftop solar panel dengan salah satu produsen otomotif di Indonesia dengan kapasitas 1,75 MWp. Total investasi perjanjian ini kurang lebih Rp 18 miliar dengan target operasional di kuartal I 2023 mendatang. Adapun periode kerja sama ini selama 25 tahun.
Setali tiga uang, PT United Tractors Tbk (UNTR) perusahaan yang bergerak di bisnis mesin konstruksi dan pertambangan mulai masuk ke bisnis energi terbarukan. Manajemen UNTR mengatakan, sejalan dengan strategi pengembangan usaha di sektor energi yang ramah lingkungan, UNTR telah menetapkan bisnis EBT sebagai salah satu strategi transisi korporasi di bidang energi.
Baca Juga: United Tractors (UNTR) Dorong Pengembangan Pembangkit Energi Baru dan Terbarukan
Sekretaris Perusahaan UNTR, Sara K Loebis mengatakan, saat ini pihaknya tengah melakukan studi serta tinjauan untuk sejumlah pembangkit EBT lainnya seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), floating solar PV, geothermal, Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), serta Waste to Energy.
“Latar belakang pengembangan EBT, selain untuk mendukung target dekarbonisasi pemerintah, juga mengembangkan bisnis yang berkelanjutan dan sustainable,” jelasnya.
Sara menjelaskan, saat ini UNTR mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) yaitu PLTMH Kalipelus berkapasitas 0,5MW di Jawa Tengah dan sedang membangun PLTM Besai Kemu di Lampung berkapasitas 7MW dan akan beroperasi pada awal tahun 2023.
Sara bilang, masih ada juga prospek beberapa proyek PLTM lainnya dengan total potensi lebih dari 20 MW. Di kuartal I 2022 bisnis energi UNTR telah membuahkan hasil. Pihaknya mencatatkan kontribusi dari bisnis energi senilai Rp 1,1 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News