kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Petani belum nikmati laju harga karet


Senin, 17 Oktober 2016 / 19:25 WIB
Petani belum nikmati laju harga karet


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Dalam beberapa tahun terakhir, harga karet alam masih saja jatuh tersungkur. Namun ada kabar gembira yang menyatakan saat ini stok karet dunia mulai menipis, khususnya di China, sehingga harga karet mulai menunjukan tren positif.

Hal itu terlihat harga karet internasional saat ini bergerak positif di kisaran antara US$ 1,5 hingga US$ 1,84 per kilogram (kg) dalam beberapa hari terakhir. Harga tersebut terdongkrak dari harga sebelumnya yang sempat kritis di kisaran US$ 1,3 per kg.

Meskipun ada tren harga yang membaik, tapi kenaikan harga karet ini belum dirasakan petani karet. Pasalnya, tataniaga karet yang panjang membuat fluktuasi kenaikan harga karet justru dinikmati para tengkulak atau pedagang karet ketimbang petani.

Sebab saat ini, harga karet di tingkat petani masih tersungkur di kisaran Rp 5.000 - Rp 6.000 per kg. Padahal idealnya, dengan harga karet sekarang, maka di tingkat petani harusnya sudah mencapai Rp 7.000 - Rp 8.000 per kg.

Ketua Umum Dewan Karet Indonesia (Dekarindo) Aziz Pane mengatakan meskipun harga karet dunia sudah menunjukkan tren kenaikan, tapi negara-negara produsen karet harus tetap menahan stok agar kenaikan harga karet dapat terus berlanjut. "Kami sebenarnya mengusulkan agar semua negara produsen karet menahan stok sampai harga karet benar-benar bagus," ujar Azis kepada KONTAN, Senin (17/10).

Ia mengatakan saat ini tengah berlangsung pertemuan negara-negara produsen karet di India (17-19/10). Mereka ini tergabung dalam The Association of Natural Rubber Producing Countries (ANRPC).

Negara-negara tersebut meliputi, Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam. China, Srilangka dan sejumlah negara penghasil karet lainnya. Persoalan yang dibahas adalah bagaimana meningatkan hilirisasi karet di negara produsen karet seperti di Asean.

Sebab selama ini, negara produsen karet justru banyak mengimpor produk yang berbahan baku karet dari negara yang bukan produsen karet. Nah mereka ini disinyalir tidak mau menaikkan harga pembelian karet. Dengan hilirisasi karet di negara produsen karet, maka diharapkan ekspor karet ke negara non penghasil karet menipis dan harga meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×