kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Petani bergairah, hasil panen garam melimpah


Kamis, 23 Juni 2011 / 10:16 WIB
Petani bergairah, hasil panen garam melimpah
ILUSTRASI. Sejumlah pengunjung menikmati suasana senja di sekitar GBIP Immanuel atau Gereja Blenduk di Kawasan Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, Senin (27/7/2020). Cuaca hari ini di Jawa dan Bali sebagian besar cerah berawan, menurut prakiraan BMKG.


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Produksi garam tahun ini kemungkinan akan lebih baik dari tahun lalu. Tanda-tanda itu sudah terlihat dari panen garam yang mulai berlangsung di sejumlah daerah. Tahun lalu, para petani di daerah-daerah garam tersebut tidak bisa panen karena hujan terus menerus. Maka, bisa dipastikan, tahun ini produksi garam secara nasional akan lebih baik.

Salah satu daerah yang saat ini sudah panen garam adalah Kabupaten Indramayu. Toto Sudiharto, Bendahara Koperasi petani garam "Santing Mandiri" di sana, berujar bahwa sejak awal Juni lalu mereka sudah memanen sebagian lahan produksi garam. "Dari 400 hektare (ha) sudah mulai dipanen. Per hektare menghasilkan 4 ton garam," kata Toto, Rabu (22/6).

Luas lahan garam di Indramayu mencapai 2.000 ha. Tahun ini, jumlah lahan tersebut bertambah 800 ha. Tahun 2010 lalu, lahan tersebut berubah fungsi menjadi tambak bandeng karena hujan terus mengguyur sehingga tak memungkinkan produksi garam. Nah, panen garam tersebut akan terus berlangsung hingga akhir tahun. Puncak panen sendiri akan terjadi pada bulan Agustus nanti.

Faisal Baidowi, Anggota Presidium Aliansi Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (A2PGRI), mengungkapkan bahwa panen garam juga sudah terjadi di Madura dan Jawa Timur. Sama seperti di Indramayu, luas lahan yang sudah bisa dipanen baru sebagian kecil. "Nanti 25 hari lagi baru panen raya," kata Faisal.

Dia optimistis, panen petani garam di Madura tahun ini juga lebih baik dari tahun lalu. Ia memperkirakan, panen garam di Madura bisa mencapai 550.000 ton tahun ini karena cuaca normal. "Tahun lalu, panenan di Madura anjlok, hanya 100 ton," jelas Faisal.

Toto dan Faisal sependapat, cuaca tahun ini sangat bersahabat dengan petani garam. Curah hujan rendah sehingga petani bisa memproduksi garam dengan optimal. Tahun lalu, banyaknya hujan menjadikan produksi garam di Indramayu hanya 400 ton.

Para petani sendiri semakin semangat memproduksi garam karena pemerintah memberikan stimulus harga. Pemerintah menaikkan harga dasar garam di tingkat petani per April lalu. Harga dasar garam kualitas I (K1) misalnya dinaikkan 130,76% dari Rp 325.000 per ton menjadi Rp 750.000 per ton atau dari Rp 325 per kg menjadi Rp 750 per kg. Begitu pula dengan harga dasar garam kualitas II (KII). Pemerintah menaikkan harga dari Rp 250.000 menjadi Rp 550.000 atau dari Rp 250 menjadi Rp 550 per kg.

Stimulus tersebut telah membangkitkan gairah petani untuk memproduksi garam lebih banyak lagi. Para petani berlomba untuk meningkatkan produktivitas lahannya agar bisa mendapatkan keuntungan yang lebih banyak. "Selama ini, produktivitas lahan garam hanya 120 ton per hektare per tahun. Tapi, tahun ini, tingkat produktivitas lahan petani bakal meningkat menjadi 200 ton per hektare per tahun," ujar Toto.

Revitalisasi

Ferianto Djais, Direktur Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (TRLP3K) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengklaim, keberhasilan petani garam tahun ini tidak terlepas dari upaya pemerintah. Menurut dia, pemerintah telah menjalankan program-program terobosan untuk meningkatkan produksi garam di tahun 2011.

Salah satunya dengan mengawali Program Usaha Garam Rakyat (Pugar). Program ini bertujuan membantu revitalisasi lahan garam dengan kucuran dana sebanyak Rp 90 miliar. "Kami optimis program tersebut bisa menambah produksi garam 340.000 ton," jelas Ferianto.

Sekadar catatan, selama ini, produksi garam nasional dan garam petani baru sebatas memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. Untuk Industri, Indonesia harus mengimpor garam dari Australia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×