Reporter: Herlina KD, Handoyo | Editor: Herlina Kartika Dewi
JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemendag) tengah menggodok kebijakan referensi harga daging ayam di tingkat peternak dan di tingkat konsumen. Upaya ini dilakukan untuk mengendalikan pasokan GPS (Grand Parent Stock) atawa bibit indukan ayam agar tidak berlebihan.
Bayu Krisnamurthi Wakil Menteri Perdagangan mengatakan, dengan adanya harga referensi ini diharapkan bisa menghindarkan peternak ayam kecil dari kerugian. "Instrumen yang dipakai pemerintah adalah impor GPS," katanya Jumat (11/4).
Seperti diketahui, pasokan ayam hidup yang melebihi permintaan membuat harga turun. Karenanya, Bayu bilang dengan pengendalian impor GPS, harga daging ayam di tingkat produsen dan konsumen bisa dikendalikan.
Hartono, Ketua Umum Pusat Informasi dan Pasar Unggas Nasional (Pinsar) bilang, peternak unggas sudah sejak lama mengusulkan referensi harga ayam ini kepada pemerintah. "Peternak tidak mampu mengendalikan. Satu-satunya yang bisa mengendalikan pasokan adalah pemerintah," ujar Hartono, kepada KONTAN, Minggu (13/4).
Hartono meminta pemerintah segera menetapkan harga referensi ini. Kalau bisa, katanya, harga referensi bisa dikeluarkan pekan depan. Pasalnya, peternak sudah lama merugi. Lagipula, sebentar lagi sudah memasuki puasa dan hari raya.
Idealnya, kata Hartono, harga referensi ayam di tingkat peternak mencakup harga pokok produksi (HPP) plus margin keuntungan. Menurutnya, saat ini HPP ayam hidup di tingkat peternak Rp 17.000 per kilogram (kg) hidup. Hartono mengusulkan margin sekitar 7% - 10%. "Ini tergantung pemerintah yang menetapkan. Tapi, dengan margin sebesar itu, peternak ayam sudah untung," kata Hartono.
Berdasarkan catatan Hartono, pada bulan ini panen ayam hidup di peternak sekitar 42 juta ekor per minggu. Alhasil, ada kelebihan pasokan ayam sekitar 15% pada bulan ini. Sedangkan pada Mei panen ayam hidup peternak diperkirakan sekitar 45 juta ekor per minggu. Namun, Hartono memperkirakan, pada Mei mulai ada peningkatan konsumsi sehingga kelebihan pasokan bisa sedikit berkurang.
Lantaran pasokan ayam berlebih, saat ini harga ayam hidup di tingkat peternak masih di bawah HPP. Di wilayah Jabodetabek misalnya, saat ini harga jual ayam hidup di tingkat peternak sekitar Rp 15.500 per kg, lebih rendah dari biaya produksi yang sebesar Rp 17.000 per kg. Alhasil, peternak terus merugi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News