kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peternak sapi sambut program dengan kemitraan IPS


Senin, 09 April 2018 / 20:45 WIB
Peternak sapi sambut program dengan kemitraan IPS


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peternak Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia (APSPI) menilai adanya program kemitraan antara Industri Pengolahan Susu (IPS) dengan peternak sapi perah yang diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 26/2017 bermanfaat bagi petani.

Ketua APSPI Agus Warsito mengatakan, meskipun program kemitraan ini belum maksimal, tetapi ini merupakan jalan masuk bagi peternak sapi perah untuk lebih diperhatikan.

Agus menjelaskan, banyak pola kemitraan yang ditawarkan IPS. Mulai dari peningkatan breeding, memberikan edukasi atau melakukan promosi.

Namun, Agus berpendapat peternak mengharapkan pola kemitraan ini dapat langsung dirasakan oleh peternak.

Contohnya adalah perbaikan kandang menjadi lebih memanfaatkan teknologi. Apalagi saat ini kandang peternak masih tradisional. Diharapkan pula ada pemberian alat perah sehingga lebih efisien dan hasil yang didapatkan lebih banyak.

“Saat ini 95% peternak masih memerah susu secara manual. Ini tidak efisien dan higienis,” ujar Agus kepada Kontan.co.id, Senin (9/4).

Agus mengakui, saat ini sudah ada IPS yang sudah menjalankan program kemitraan. Namun, hanya 5%-10% peternak yang mengikuti program tersebut.

Program tersebut pun paling banyak dilakukan di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.

“Harusnya program kemitraan ini menyentuh semua masyarakat. Tapi yang penting program kemitraan ini sudah dimulai,” kata Agus.

Agus mengatakan, dengan adanya program kemitraan ini maka akan mendorong produktivitas susu di dalam negeri. Apalagi sejauh ini produksi susu nasional hanya mampu memenuhi 17%-18% dari kebutuhan nasional yang sebanyak 3,7 juta ton.

Agus bilang, peternak menyadari bahwa impor susu masih dibutuhkan. Namun, sebaiknya industri tidak meninggalkan peternak lokal.

Apalagi, peternak berharap kemitraan ini bukan hanya menawarkan kepastian penyerapan susu, namun adanya edukasi dan mengasah kemampuan peternak dalam menghasilkan susu yang lebih efisien.

Lebih lanjut Agus menjelaskan, saat ini seluruh produksi susu oleh peternak bisa diserap oleh industri. Namun, harga yang diterima peternak masih kecil. Saat ini masih ada susu peternak yang dihargai Rp 4.000 per liter. Padahal seharusnya peternak mendapat harga Rp 6.000 per liter.

“Jadi dengan ada program kemitraan, diharapkan biaya yang tadinya hanya memproduksi 10 liter menjadi 12 liter. Kan ini ada nilai tambah bagi peternak,” terang agus.

Kebutuhan susu nasional pun menunjukkan tren yang meningkat. Namun, dikhawatirkan karena harga yang tidak membaik, peternak memilih untuk tidak memproduksi susu.

Karena itu menurut Agus, masalah susu ini harus dilihat untuk jangka panjang dan tidak boleh instan. Tidak hanya melakukan kemitraan, namun pemerintah juga harus berupaya memberikan bantuan sapi perah impor bagi peternak yang bisa diangsur tanpa bunga.

Tak hanya menguntungkan peternak, upaya ini pun dapat membuat produksi susu akan semakin meningkat dan bisa memenuhi setidaknya 40% dari kebutuhan nasional seperti yang ditargetkan pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News





[X]
×