Reporter: Juwita Aldiani | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) makin gencar untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi panas bumi di Indonesia di tahun-tahun mendatang. Harapannya, pada tahun 2019, kapasitas listrik yang dihasilkan PGE bisa mencapai 907 Megawatt (MW).
Menurut Direktur Utama PGE Irfan Zainuddin, saat ini PGE memiliki kapasitas terpasang 437 Megawatt (MW) dari empat lokasi proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). "Proyek PLTP yang terpasang ada di Sibayak, Lahendong, Ulubelu, dan Kamojang," kata Irfan di Kantor Pusat Pertamina, Jumat (27/11).
Kapasitas terpasang yang dimaksud, termasuk Unit V di Kamojang, Jawa Barat, yang baru-baru ini diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo, sebesar 235 MW. Selain itu, PLTP Ulubelu, Lampung telah terpasang 110 MW dan PLTP Lahendong, Sulawesi Utara, 80 MW.
Adapun, PLTP Sibayak, Sumatera Utara, yang sedang bermasalah, memiliki kapasitas terpasang 12 MW. "PLTP Sibayak ini sedang ada masalah karena di sini PGE hanya menjual uap sementara pembangkitnya dengan partner kita.
Pembangkit mereka rusak jadi kita tidak diizinkan menyalurkan uap di Sumatera Utara," ungkap Irfan. Saat ini. sedang dilakukan perbaikan, bahkan mengganti pembangkitnya secara keseluruhan.
Dia mengatakan, tahun 2016-2017, PGE akan terus menambah pembangkit untuk mencapai target 682 MW. Khusus tahun 2017, Irfan berharap sudah menjadi leader geothermal di Indonesia, mengalahkan Chevron Geothermal. "Karena saat ini yang terbesar masih dipegang Chevron, yaitu sebesar 640 MW," papar Irfan.
Sampai 2017, PGE sudah menjadwalkan beberapa pembangkit di lokasi yang telah ada untuk dilakukan groundbreaking. Lokasi pembangkit yang ingin ditambah adalah Kamojang Unit V berkapasitas 30 MW, Ulubelu Unit III dan IV 2x55 MW, Lahendong atau Tompasso Unit V dan VI 2x20 MW, Karaha 30 MW, dan Lumut Balai Unit I&II 2x55 MW.
Untuk mewujudkan proyek-proyek itu, PGE sudah menganggarkan belanja modal 2016 sebesar US$ 644 juta. "Sekitar US$ 564 juta untuk proyek pengembangan bisnis pembangkit, dan US$ 79 untuk sementara non bisnis," lanjutnya. Bahkan di tahun 2019, PGE bisa memiliki listrik dari panas bumi menjadi 907 MW.
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Rinaldy Dalimi bilang, DEN menargetkan kontribusi energi baru dan terbarukan (EBT) bagi bauran energi pada 2025 bisa mencapai 23%. Salah satunya, dengan kebijakan harga listrik geothermal yang naik setiap tahun berkisar US$ 11,8 per kWh-US$ 29,6 per kWh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News